They asked, "Do you love her to death?"
I said, "Speak of her over my grave and watch how she brings me back to life."
-Mahmoud Darwish
🍃🍃🍃
Gaza sering melihat pemandangan ini, tapi sebelumnya dia jadi orang yang mengenakan ear piece, bersiap dengan walkie talkie di tangan, mengenakan baju formal--setelan jas berdasi--dan mengabur dengan latar belakang.
Biasanya, Gaza yang mengurusi security details tiap kali keluarga Haji Rahmat punya acara, tapi kali ini, Gaza jadi tamu...
Tiga bus Big Bird besar sudah terparkir di halaman kediaman Haji Rahmat yang amat luas. Nina dan Gaza datang bersama keluarga Mula dan Gyan, berkumpul pukul sejak pukul enam pagi. Tenda katering menyediakan kopi, teh, makanan ringan, buah potong dan aneka menu sarapan dari nasi ulam, mie sop, dan lontong cap gomeh.
Bus akan berangkat ke resor yang jadi tempat acara pernikahan Rindang pukul tujuh pagi. Sembari menunggu saudara-saudara mereka hadir, yang sudah datang sarapan dulu sambil mengobrol di kursi tamu yang sudah disiapkan.
"Ini bukannya Pak Gaza?" Beberapa orang berkali-kali menyapa Gaza, saat mereka melihat Gaza duduk di salah satu meja bundar sambil memegang cangkir kopi.
Berkali-kali, Gaza bangkit dari duduknya dan menyapa mereka.
"Kapan akhirnya nanti tante-tante dan om-om kamu nyadar kalau Gaza tuh pacar kamu?" tanya Mula.
Nina mengambil potongan sambal goreng hati dari mangkuknya. "Aku aja nggak nyadar kalau Gaza pacar aku," kata Nina.
Gaza yang sudah duduk tersenyum diplomatis. "Nina mau bilang ke Pak Haji dulu soal hubungan kami."
"Kalian bercanda kan?" tanya Mula, menatap Nina dan Gaza bergantian.
"Nggak lah, serius kok," jawab Nina.
"Kamu mau bilang ke Atuk hari ini? Serius?" tanya Mula, kali ini tajam menatap Nina.
"Iya... Emang kenapa?"
"Kalau mau tahu jawabannya, nggak usah repot-repot tanya Atuk. Tante udah tahu jawabannya; jelas nggak bakal direstui. Pasti gelagat kalian sudah tercium. Lihat aja, belum apa-apa GSR sudah nggak dipake lagi, entah firma sekuriti antah berantah yang mana yang dipake buat ngamanin acara hari ini," tandas Mula.
"Lho, ini bukan GSR?" Gyan seperti baru tersadar dan menoleh ke orang-orang berjas formal yang tersebar di sekitar halaman itu. "Pantas aja nggak becus, tadi di depan tadi sampai ada yang bertengkar, Faisal nggak boleh masuk karena disangka Hendra."
"See?" kata Mula. "Bahkan Hendra aja masih jadi persona non grata."
"Tapi Tante Mula setuju nggak kalau aku sama Gaza?" tanya Nina.
Mula melirik Gaza yang pura-pura tidak terlibat pembicaraan itu dan sibuk mengecek ponsel.
Ghyan yang menjawab, "Kita semua jelas setuju, pasti itu cukup jelas lah dari cara kita nerima Gaza. Kamu dan Gaza udah kami anggap keluarga, tapi maksud Tante, kenapa sih kamu nggak lupakan saja soal minta izin ke Atuk? Kenapa nggak pura-pura bego aja? Tujuan akhirnya tuh apa? Tanpa kamu bilang aja GSR udah nggak dipakai lagi, gitu loh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Sick
Roman d'amourNina tahu betapa keras kakeknya, H. Rahmat Rasyidin. Pria tua itu hampir bisa menoleransi semua kebrengsekan anak dan cucunya, tapi ada satu pantangan yang tidak bisa ditawar; pasangan mereka--sekadar pacar apalagi calon suami dan istri--harus mele...