18. Thousands of Unconscious Decisions Lead Us Here

8.6K 1K 85
                                    

Aku jatuh cinta dan tak bisa keluar dari itu
Aku tidak bisa sepenuhnya pulih selamanya

Nama dari penyakit ini adalah cinta
Aku yakin ini adalah penyakit yang serius
Tak peduli apa yang kulakukan
Tak peduli berapa banyak kumenangis, tak ada jalan untuk memperbaikinya

-

Treasure - Yamai/Love Sick

***

"Li, belum pulang?" tanya Rangga, begitu dia mendorong pintu kaca dan masuk ke kantor. Pertanyaan itu dia tanyakan dengan basa-basi. Rumah Lia cuma dua puluh menit jalan kaki dar lokasi rukan mereka. Sebenarnya Lia sudah bisa pulang jam lima sore, tapi di rumahnya, dia tinggal bersama tiga kakaknya dan tiga kakak iparnya, berserta anak-anak mereka yang masih kecil. Sudah biasa Lia tinggal di kantor sampai agak malam.

Tapi semua orang paham untuk tidak memberikan pekerjaan pada Lia selewat waktunya. Lia biasanya menggunakan waktu ekstranya di kantor untuk nonton drama di Internet, kadang di lantai tiga, kadang di balik meja resepsionis.

Rupanya Lia sedang menelepon dan begitu melihat Rangga masuk, Lia seketika menyudahi panggilannya. "Mbak Icha, udah dulu ya, Mas Rangga sudah datang." Lia langsung mengais sandal jepitnya dan buru-buru menyusul Rangga yang sudah hendak naik tangga. "Mas Ranggaaaa, kamu telat satu jam deh tadi ada yang seruuuu..."

Rangga yang satu kakinya sudah naik anak tangga pertama langsung menurunkannya lagi. Dia menatap Lia sembari membelalakkan mata. "Apa tuh?" tanya Rangga dengan semangat, telinganya selalu berdiri tegak tiap mendengar kata 'seru'.

"Tadi kan ada anak-anaknya Haji Rahmat ke sini kan, aduhhh, pokoknya heboh banget deh..." kata Lia sambil mengibaskan tangan.

"Iya tapi apanya yang heboh?" kata Rangga, kini dia melipat tangan di depan dada dan bersandar ke dinding. "Anak-anaknya Haji Rahmat yang mana? Tumben biasanya mereka kalau butuh GSR pake perantara asprinya Pak Haji, dah."

Lia berdecak. "Ini bukan anaknya Pak Haji yang terpandang atau sibuk banget gitu kali ya, jadi rada beda, punya waktu buat ke sini. Mobilnya aja biasa-biasa aja HRV doang."

Rangga menggaruk kepala. "Li, kalau HRV dibilang doang, gimana aku yang mobilnya Brio seken?"

Lia menampar lengan Rangga keras sambil tertawa geli. "Ih ya beda, kan Mas Rangga bukan anaknya Haji Rahmat, gituuu..."

"Bener juga, sih" komentar Rangga, meringis sambil mengusap lengan. "Tapi ntar dulu ini kita dari tadi udah ngobrol ngalor ngidul kamu masih belum bilang yang seru tuh apa..."

Lia menepukkan tangannya. "Nah, sebenernya yang bikin seru bukan anaknya Haji Rahmat, tapi ponakannya mereka. Kan ada satu cucu Haji Rahmat yang ikut ke sini..."

"Cucu Haji Rahmat?" tanya Rangga, mengerutkan kening.

Mendadak perasaannya tak enak. Tiap kali 'cucunya Haji Rahmat' disebut-sebut dalam percakapan, selalu ada saja keruwetan yang menyusul. Jangan-jangan Lia salah mengartikan 'ruwet' sebagai 'seru'?

Dengan antusiasme yang anjlok, Rangga lanjut bertanya, "Terus cucu Haji Rahmat kenapa?"

"Nah, si cucu Haji Rahmat ini kayaknya ada masalah sama Mas Gaza lho. Tau kan Mas Gaza tuh kayak orangnya perhatian dan lembut banget sama cewek? Tadi dong aku lihat dia galak banget sama cucunya Haji Rahmat."

Love SickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang