[04] Their Song Has Just Begun

3.6K 458 44
                                    

R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

"Ne, udah siap?"

Teriakan Gaia dari luar kamar membuat Arne buru-buru memasukkan iPad dan dompetnya ke tas. Ini hari pertamanya masuk kuliah dan dia merasa sesak karena terlalu bersemangat. Sejak semalam dia tidak berhentinya me-list apa saja yang akan dibawa dan berulang kali memeriksanya, takut ada yang tertinggal.

"Bocah, lama banget dah."

Arne langsung memutar kunci dan membuka pintu kamarnya, memperlihatkan Gaia yang memasang wajah bosannya. Perempuan itu meringis tidak enak lalu segera mengambil tangan Gaia untuk digandeng.

"Aku ikut beneran nggak papa?" tanya Arne seiring langkah keduanya menuruni tangga kecil. Kamarnya terletak di lantai pertama, jadi hanya harus melewati tangga kecil yang menghubungkan teras depan kamar dengan halaman kosan. Abangnya yang meminta ke pemilik kos untuk disiapkan kamar di lantai pertama, katanya agar Arne tidak lelah naik turun tangga.

"Lo nggak anggep gue temen deket lo, kah?" Arne langsung membelalak kaget mendengar Gaia bertanya seperti itu. Dia secara spontan menggelengkan kepalanya heboh. "Terus lo kenapa nanyain itu mulu dari semalem? Itu bikin gue ngerasa kalo lo masih jarak, tahu nggak? Seolah-olah kita bukan temen deket terus lo ngerasa nggak enak pas gue tawarin bareng. It's kinda annoy me."

Melihat Gaia langsung memalingkan wajah setelah mengucapkan hal itu, Arne kontan mengeratkan kaitan tangannya di tangan temannya tersebut.

"Bukan gitu maksud aku." Arne berkata pelan sebelum kembali melanjutkan. "Aku tanya itu terus karena mau make sure kalo Gaia bener-bener nggak papa kalo aku ikut. Bukan yang gimana-gimana, aku cuma takut kalo Nehan sama Gaia nggak nyaman karena terus aku ikutin ke mana-mana, bahkan sekarang ke kampus juga aku ikut kalian. Aku takutnya Gaia bilang nggak papa karena berpikir aku bakal sedih kalo Gaia tolak atau takut sama Bang Aro."

Gaia menghentikan langkahnya dan menoleh ke Arne. "Lo pikir gue orangnya begitu?"

"Bukan gitu," rengek Arne frutrasi karena dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya dengan baik. "Bukannya Gaia tahu sendiri, ya, kalo temen aku cuma Gaia sama Nehan, tambah Reno deh biar kelihatan banyak."

Gaia tersedak menahan tawa mendengar itu sebelum kembali memasang wajah datarnya. Gadis itu jujur mengenai apa yang tadi dia katakan, kalau sebenarnya dia terganggu setiap Arne bertanya, seolah mereka bukan teman dekat. Meskipun dia sendiri tahu dia satu-satunya teman bocah itu, tetapi entah kenapa semua itu mengganggunya.

"Ya tapi, dengan lo nanyain itu berulang kali bikin gue ngerasa begitu, Ne. Kalo emang lo mau make sure, nanyanya sekali aja. Besok-besok jangan diulang lagi atau gue beneran nggak mau temenan sama lo lagi."

Arne langsung memeluk Gaia dari samping. "Jangan. Aku minta maaf, ya, janji deh nggak gitu lagi. Maaf ya, Gaia," ucapnya sembari menaruh dagu di bahu Gaia lalu mendongak menatap temannya itu, sesekali ia mengedip pelan.

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang