[15] Oh To Be His Girl

2.9K 356 54
                                    

R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

"Lo bisa tebak ending-nya gimana?"

Arne yang sejak tadi mencermati cerita Laksa seketika mengerjap lalu menyesap smoothies pisangnya. Saat ini keduanya sedang berada di Ijong, Arne mencari cemilan sore sekaligus menunggu Audrey dan Ophelia untuk kerja kelompok sementara Laksa hanya sekadar menemani gadisnya itu.

Dari setengah jam yang lalu obrolan mereka terlalu acak sampai-sampai ke pembahasan drama korea favorit Laksa. Lelaki itu tanpa diminta langsung bercerita tentang drama berlatarkan tahun 1998 yang menceritakan kisah romansa antara atlet anggar dengan reporter.

Cara Laksa bercerita membuat Arne dengan mudah membayangkan keseruan drama itu. Bagaimana kisah mereka dimulai, pertemuan pertama mereka, bertemu dengan anak-anak lain yang nantinya menjadi teman dekat, dan konflik-konflik dimiliki masing-masing orang serta akhirnya berpisah mengejar impiannya masing-masing.

"Mereka ketemu terus nikah?" tebak Arne dengan senyum yakin sebelum mengernyit heran ketika melihat Laksa menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Kok bisa? Salah satunya ada yang meninggal?"

Laksa sontak tertawa. "Ceweknya nikah lebih dulu. Dan anjing—gilanya, si cowok ngucapin happy wedding buat si ceweknya pas dia lagi tugas jadi reporter, di TV nasional."

"Hah? Kok bisa? Aku nggak paham. Mereka kan lucu banget, kok gitu? Itu yang si cowok ngucapin satu arah gitu, kah, atau gimana?"

Laksa menggelengkan kepala. "Si cewek lagi jadi narasumber, nah reporternya si cowok."

"Yaaah, kok sad ending. Kakak nangis nggak nonton ending-nya gitu?" tanya Arne dengan wajah sedih.

Tergelak mendengarnya, Laksa lalu meneguk es teh miliknya sebelum menjawab, "Nggak, sih, cuma nyesel doang kenapa harus lanjutin nonton, harusnya gue stop di episode 15 aja."

"Tapi, ya, menurut gue itu nggak sad ending, sih. Soalnya tujuan masing-masing karakter terlebih pemeran utama tercapai. Buat gue, happy atau nggaknya suatu ending, nggak semerta-merta ditentuin dari bersatu atau nggaknya pemeran utama. Selama mereka bisa reached their own main goal, menurut gue happy ending atau bisa dibilang good ending lah."

"Walaupun mereka nggak bersatu, ya?" Arne bertanya serius lalu mencebikkan bibir. "Aku dengerin cerita Kakak aja udah bisa bayangin selucu apa mereka, tapi lucu aja nggak cukup ternyata."

Laksa terkekeh lalu mengusap kepala Arne ketika melihat wajah gadis di depannya ini berubah murung. "Itu udah ending paling realistis buat mereka, gue nontonnya juga agak nyesek. Banyak kemungkinan, bisa aja mereka balikan atau bahkan bertahan, tapi jelas bakal banyak yang mereka korbanin. Kalo ending-nya gini, kan, yang dikorbanin cuma perasaan mereka berdua. Nanti coba kita nonton bareng, ya."

Arne sontak menggeleng. "Nggak suka yang sedih-sedih," ucapnya yang membuat Laksa terkekeh gemas. "Mau rekomendasi movies atau series yang happy-happy aja."

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang