[21] Crawling In The Dark

2.4K 307 137
                                    

R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

"K-kak, aku kan bilang nggak mau cium."

"Bibir, kan? Kalo pipi berarti boleh?"

Laksa semakin menurunkan kepalanya, dia menyejajarkan wajahnya agar sama dengan wajah Arne yang sudah merah total tersebut. Bibirnya mengulas senyum tipis ketika gadis itu mengalihkan pandang beberapa kali.

"Boleh nggak, Sayang?" tanya Laksa sembari membawa tangannya mengusapi pipi Arne sampai gadis itu menatapnya dengan tatapan penasaran yang tersirat di balik mata cantik itu. Laksa melebarkan senyum melihatnya, merasa gemas dengan ekspresi gadisnya itu.

"Pipi aja kan, Kak?" Laksa mengangguk tanpa jeda di saat matanya terpaku pada bibir Arne yang mengilap karena memakai entah apa gadis itu bilang tadi. Fokusnya sudah hilang sejak Arne muncul melewati gerbang kosan, menghampirinya dengan gaun tidur sebatas paha yang berhasil membuat Laksa hilang kendali.

"Boleh, Sayang?" Bisa Laksa rasakan tangan Arne mencengkeram kaosnya seiring kepala gadis itu mengangguk lambat. Lelaki itu lalu mendekat, tangan kanannya ia bawa ke leher Arne, menahan kepala gadis itu, sementara tangan kirinya membawa tangan Arne yang masih mencengkeram untuk melingkar di lehernya, membuat tubuh mereka semakin tidak berjarak.

Kepala Laksa rasanya seperti akan meledak saat bibirnya menyentuh kulit lembut Arne untuk pertama kali. Rona di pipi gadis itu menghantarkan panas untuk bibirnya yang dingin, membuat laki-laki itu dengan rakus mencari hangat lain.

Laksa memejam, menikmati getaran yang ia rasakan dari dalam tubuhnya ketika bibirnya perlahan berpindah ke rahang gadis itu. Dia mengecup lama hampir menyesap sebelum kembali naik dan mencium sudut bibir Arne yang membuat gadis itu sedikit tersentak.

"It's okay, Sayang," bisiknya sambil perlahan mendorong tubuh Arne untuk bersandar di dinding samping gerbang. Tangan kanannya berpindah ke belakang kepala gadis itu lalu ia membawa tangan kirinya ke punggung Arne, menekannya untuk menghapus jarak selagi bibirnya mulai mengecupi bibir Arne dengan lembut.

Laksa mengumpat dalam hati ketika lembut bibir gadisnya lebur bersama bibirnya. Laki-laki itu kembali menekan kepalanya supaya lumatannya lebih dalam, mencumbu bibir manis itu dengan rakus.

"Kakak," panggil gadis itu membuat geraman sontak keluar di sela-sela sesapan Laksa pada bibir Arne.

"Sayang," panggil laki-laki itu balik semakin dalam menekan kepalanya sampai sesuatu yang keras membuatnya kontan membuka mata. Seketika poster-poster film favoritnya yang menghiasi atap kamar membuat Laksa melemas sebelum membuang napas berat dan mengumpat pelan, "Ah, anjing."

"Semalem kagak tuntas?" Laksa menoleh ke samping dan refleks memejamkan matanya malu melihat eksistensi Aro duduk dengan santai di kursi sambil memegangi gelas kopi.

"Brengsek," umpat Laksa sebelum mengubah posisi tidurnya menjadi menelungkup ketika dia merasakan bagian bawahnya basah. Dia memejamkan matanya lagi, mengingat-ingat mimpinya tadi yang terasa seperti nyata.

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang