[18] Eepy Bunny

2.2K 308 77
                                    

warning: harsh words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning: harsh words

R

"Arne mabok, dicekokin kating anjing."

Mendengar tangis Gaia pecah setelah berkata itu, Laksa mengurut dahi. Terdengar isakan sebelum teman Arne itu membuka suara lagi. "Gue mau jemput, tapi gue sendiri masih di Lombok. Nehan juga gue hubungin dari tadi nggak diangkat. Bang, buruan, please. Gue takut ... Arne ... dia ... takut."

Laksa refleks memejamkan matanya setelah mendengar itu. Mengumpat dalam hati, dia menghela napas dan mencoba untuk tenang. Kepalanya seakan berputar sekarang sampai tangannya spontan memegangi lengan sofa.

"Lo tahu alamat villa-nya?" Terdengar Gaia menggumam. "Kirimin ke gue. Lo tenangin diri, gue berangkat sekarang."

Gaia menanggapi dengan tidak jelas karena masih menangis sebelum menutup telepon. Meskipun belum dapat memproses dengan baik, Laksa mengusap wajahnya kasar dan bergegas menyimpan ponselnya di saku lalu menyambar kunci mobil. Tidak menyadari Aden dan Ray mengikutinya keluar rumah sambil bertanya-tanya.

"Woi, Sa. Mau ke mana tengah malem gini?" Ray berlari untuk menghentikan Laksa yang seperti orang kesetanan.

"Ke Lembang, jemput cewek gue." Jawaban singkat itu sontak membuat kedua orang di depan Laksa melirik satu sama lain dengan wajah terkejut. "Gue buru-buru."

"Lo bukannya tadi minum?" Aden menahan pintu mobil yang sudah dibuka Laksa. "Gue yang nyetir s—"

"Bego, Kak Radin nyariin nanti. Gue aja dah." Ray menyela sebelum membuka pintu mobil. Kaki kirinya bahkan sudah masuk saat kerah bajunya ditarik Aden.

"Lo juga minum ya, bangsat. Si Brams aja gih bangunin, dia nggak minum tadi," ucap Aden mendorong Ray yang kerah bajunya masih ia pegang.

"Ngantuk juga bahaya, ege." Ray membalas sambil berbalik dengan wajah kesal karena diperlakukan seperti anak kucing.

Tanpa mau ikut berdebat, Laksa langsung memasuki mobil. "Gue sendiri aja, segelas kagak ngaruh di gue."

"Anjing, lo jangan macem-macem, Sa. Bawa anak orang, goblok." Aden masih menahan tangan Laksa dari jendela mobil.

"Gue beneran sober." Wajahnya memerah karena menahan emosi. Dia lalu menarik napas panjang lalu bertanya ke Aden yang masih memegangi tangannya di setir. "Lo punya selimut lebih nggak? Pinjem dulu."

"Ada ada, mau yang wa—"

"Apa aja, anjing, buruan." Kali ini Ray yang menarik kerah baju Aden dan mendorong temannya itu untuk segera masuk ke dalam rumah mengambil selimut.

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang