[35] A Lost Boy From Neverland

2.4K 329 60
                                    

SURPRISEEE!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SURPRISEEE!

R

"Jadi kalian udah baikan?"

Arne mengangguki pertanyaan Erio sambil tersenyum tertahan. Tangannya kemudian dengan cekatan membuka plastik wrap yang melindungi makan sore laki-laki itu lalu membersihkan alat makannya lagi sebelum mulai menyuapi Erio.

"Tapi tadi Kak Laksa nangis," bisik gadis itu pelan seolah tidak mau yang disebut dengar meskipun orangnya tidak ada di sana.

Tadi ketika mau menemui Erio, ia dan Laksa berpapasan dengan Papa Isa yang baru akan kembali ke ruangan dari kamar Erio. Melihat Arne datang dengan Laksa, kontan pria itu bergeleng-geleng, tetapi tidak bereaksi lebih selain menepuk bahu Laksa lalu mengajak laki-laki itu mengobrol.

Sebelum sempat Arne merasa khawatir, Papa Isa sudah meyakinkannya tidak akan berbuat kasar pada Laksa. Alhasil meskipun dengan berat hati, gadis itu menurut ketika disuruh masuk ke ruangan Erio.

"Itu orang bisa nangis?" Sambil tertawa kecil, Erio bertanya tidak percaya.

"Kok ketawa? Kak Laksanya kasihan banget tahu tadi."

"Maaf, bukan gitu maksudnya," balas Erio cepat. Tangannya bergerak ringan mengusap rambut Arne. "Laksa ngomong apa aja tadi?"

"Ya itu, jelasin kenapa putusin aku. Ternyata selain sama Ayahnya, Kak Laksa juga punya problem sama Bundanya, ya? Kak Erio tahu nggak? Sedih banget tadi lihatnya, Kak Laksa kayak takut gitu."

Erio lebih dulu menerima suapan dari Arne sebelum menganggukkan kepalanya. "Tahu dikit, nggak yang detail banget. Tapi kamu maafin Laksa bukan karena kasihan, kan?"

Kontan gadis itu menggeleng cepat. Bahkan langsung mengibaskan tangan yang masih memegang sendok. "Selama Kak Laksa mau komunikasiin alesannya dengan jelas, aku bakal maafin, kok. Karena emang dari awal yang aku butuhin closure supaya aku paham masalahnya apa, terus bisa dibenerin nggak. Aku kan temennya dikit, ya, Kak, jadi sebisa mungkin hubungan yang ada tuh dijaga baik-baik. Kalo awal pas kenalannya baik kenapa akhirannya harus nggak baik di saat kita bisa usaha buat berakhir baik-baik aja."

"Keren banget. Nggak nyangka bisa sedewasa ini," puji Erio sambil mengusap rambut Arne yang kontan direspon tawa malu-malu. "Tapi harusnya kamu kasih hukuman dulu ke dia."

"Jauhin Kak Laksa gitu?" tanya Arne murni penasaran.

Erio mengulas senyum sembari menggeleng. "Ada cara yang lebih bikin dia kalang kabut," ujarnya persuasif. Tangannya lalu bergerak menginstruksi Arne untuk mendekat. Lelaki itu membisikkan sesuatu yang direspon Arne bingung, tetapi tetap mengangguk lambat.

Bersamaan dengan Erio selesai berbicara, pintu ruangan tiba-tiba saja terbuka. Laksa memasuki kamar dengan santai, menaruh bawaan plastik di meja dan membuka salah satu isinya lalu mendekat ke ranjang Erio.

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang