[16] An Endless Silent Cry

2.8K 321 56
                                    

R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

Laksa dengan cermat mengamati motor trail-nya yang sedang dibongkar. Kurang dari satu minggu lagi akhirnya dia akan ikut kompetisi yang sama seperti Aro. Persiapan fisik sudah dia lakukan jauh-jauh hari, hanya ia tambah dengan jogging setiap pagi selama seminggu terakhir. Sementara persiapan untuk motor  baru ia lakukan tiga hari lalu ketika balik dari mengantar Arne, sekalian dengan Kiting yang mau ganti oli.

Laki-laki yang menaruh kedua tangannya di pinggang tersebut mengernyit ketika melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia lalu berjalan cepat ke sisi pojok ruangan, tempat sebuah motor hitam terparkir apik.

"Motor cakep nih, Bay," ucap lelaki itu sambil menepuk jok motor tersebut lalu berjongkok untuk mengamati bagian roda belakang yang tersangga paddock kemudian memutarnya dengan pelan sebelum bangkit berdiri dan memutari motor modifan tersebut. "Rangka motor apaan ini?"

"Megapro lama punya bokap. Kemaren sama keponakan gue dipake motor-motoran malah nabrak tiang listrik depan komplek. Bodinya ancur, tapi mesin sama rangka masih cakep, gue modif aja. Itung-itung coba modif motor, siapa tau cakep hasilnya."

Laksa mengangguk-angguk masih memutari motor modif yang baru setengah jadi milik Ibay tersebut. "Lumayan ini mah. Scrambler, ya?"

"Yoi, yang gampang dulu aja," sahut Ibay dari balik motor Laksa yang masih ia garap. "Mau ganti ban depan sekalian nggak ini motor lu?"

Laksa menghampiri temannya itu. "Kira-kira aman kagak kalo gue pake selama satu seri?"

Ibay beralih mengamati ban depan. "Aman harusnya, tergantung ntar ngepas abis ujan kagak. Kalo nggak, lihat Heat pertama dulu, semisal lu ngerasa aman, kagak usah ganti, tapi kalo sebaliknya ya, tinggal ganti susah amat."

Laksa menyengir lebar selesai Ibay berbicara, ia lalu mendekat dan mengulurkan botol air mineral dingin yang diambilnya dari kulkas. "Makanya lo ikut, dong."

Satu alis Ibay naik secara dramatis. "Ngapain juga, njir? Dari pihak penyelenggara kan juga nyediain teknisi, si Aro juga bisa itu."

"Lah kan dia juga tanding, blok. Lo aja dah, motor gue cocok lo grepe." Laksa menyengir lagi. Sungguh dia berharap Ibay mau terima ajakannya untuk ikut dalam timnya minggu depan.

"Goblok," umpat Ibay pelan sebelum minum air yang tadi Laksa ulurkan. "Emang Aro jadi daftar? Kemaren katanya kagak jadi."

Laksa mengedikkan bahunya lalu membuka botol air mineralnya sendiri, menyesapnya sekali teguk. "Dia bilangnya nunggu info apa gitu, kagak paham gue."

"Ngomongnya ke gua sih gara-gara barengan sama ultah Adeknya. Eh, anjing, lu kagak tau kalo dia punya Adek, ya? Anjir, keceplosan." Ibay buru-buru bangkit melongok ke pintu yang menghubungkan ruang terbuka bengkel dengan ruang dalam tempat biasa lelaki itu istirahat, di mana Aro sedang bertelepon di dalam sana.

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang