[30] Knows What Is Better

2.7K 327 108
                                    

pagiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pagiii

R

Jika diminta untuk memilih antara membuat gamtek atau didiamkan Abangnya, Arne jelas pilih tugas neraka itu, jangankan satu, berapa pun akan gadis itu lakukan asalkan Abangnya tidak mengabaikan dirinya.

Sudah hampir dua hari Arne di rumah, tetapi lelaki itu selalu menghindarinya. Ia tahu Aro sedang marah, lamun tidak biasanya laki-laki itu mendiamkannya terang-terangan seperti ini.

Pusing memikirkan cara agar Aro mau bicara padanya, Arne berguling-guling di atas kasur sambil merutuki diri, menyesal karena sudah membohongi dan mencurangi lelaki itu.

"Abang, kepala Adek pusing," adunya setelah berhenti berguling karena merasa kamarnya berputar-putar hebat. Merasa bodoh karena menunggu tanggapan yang tentu saja tidak akan ia dapat, Arne kemudian bangkit duduk dengan lemas lalu tolah-toleh tidak minat.

Sabtu pagi seperti ini seharusnya ia berada di halaman belakang, memasak bersama Abang dan Papa Isa atau di greenhouse, menanam bunga baru. Namun, sejak ia bangun puluhan menit lalu, tidak ada tanda-tanda kedatangan Aro ke kamarnya untuk mengajaknya dan ia sendiri pun tidak berani mengajak lebih dulu. Lebih-lebih Papanya belum pulang dari jaga malam, ia tidak yakin bisa menghadapi Aro sendirian. Mendesah lesu, Arne melempar pandang ke luar jendela.

"Cerah banget, tapi Abang lagi marah." Lagi-lagi gadis itu menggumam sendiri sebelum menjatuhkan badannya ke kasur. Mengerjap pelan sembari mengusapi boneka crochet buatannya sendiri, kepala Arne tanpa sadar menyusun jawaban-jawaban yang mungkin akan ditanyakan Abangnya ketika lelaki itu sudah mau berbicara padanya nanti.

Asik melamun, Arne sampai tidak menyadari pintunya diketuk dari luar. Baru ketika suara perempuan memanggilnya dengan pelan, ia bangkit dan segera menuruni kasur.

"Adek, ini Kak Ines."

"Iya, sebentar," balasnya sembari memakai sandal lalu bergerak cepat membuka pintu untuk Ines, pengasuhnya.

Perempuan yang baru menginjak kepala tiga itu masuk dengan membawa nampan berisi potongan buah-buahan yang ditempatkan di mangkok besar serta segelas teh susu. Setelah mengaturnya di atas meja rias, Ines menarik kursi dan meminta Arne untuk duduk di sana melalui gestur tangannya yang dituruti gadis itu tanpa lama.

"Abang belum muncul, Kak?" tanya gadis itu sembari mendongak yang langsung ditahan lembut oleh Ines karena rambutnya sedang disisir.

"Udah, kok. Tadi lihat pas ambil air di dapur, habis jogging," jawab Ines sambil membagi rambut Arne menjadi dua bagian kemudian menjepitnya di satu bagian lalu mengepang bagian rambut yang terurai.

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang