[36] Prince's little wounds

2.5K 338 37
                                    

warning: mention of overdose

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning: mention of overdose

R

"Sebenarnya niat Om bertanya tentang pacar saat kamu ke rumah itu memang karena mau mendekatkan kamu sama Arne. Pembicaraan ini sudah ada dari Om dan Ayah kamu kuliah, waktu kamu masih kecil dan Om serta Tante Miracle baru saja mengetahui jenis kelamin janin yang sedang Tante kandung. Cuma, ya, kami tidak menyangka kalau kalian bertemu secepat ini, bahkan menjalin hubungan. Om lebih kurangnya tahu apa yang kamu alami, apa yang membentuk kamu seperti sekarang ini, tetapi setelah kejadian kemarin, anak Om pantas mendapat lebih."

"Laksa bisa berubah, Om."

"Semua orang pun bisa kalau sekadar bicara, Laksa, Om butuh bukti nyata. Om sekalipun tidak menyayangkan Arne yang bisa nerima kamu lagi dengan mudah karena itu haknya, terlebih anak Om itu masih baru menjajaki hubungan romantis, tetapi wajar kan kalau Om khawatir?"

Obrolannya dengan Isaiah tiga hari lalu tiba-tiba kembali menggaung. Pembicaraan yang kemudian diakhiri dengan permintaan tulus pria itu Laksa patri kuat di kepala, sekalipun tidak akan ia biarkan dirinya lupa bahwa ada harapan besar seorang Ayah terhadapnya.

Pergerakan kecil di lengan kiri Laksa seketika membuat lamunannya buyar. Jemarinya lalu bergerak lembut menepuk-nepuk bahu Arne di pelukannya, berdesis menenangkan gadis yang terlelap itu sembari memecah fokus ke jalanan di depannya, mengendalikan setir menggunakan satu tangan.

Kemarin selain memintanya untuk berubah lebih baik, Isaiah juga memintanya berbicara pada Aro soal Erio dan Laksa menyetujuinya tanpa pikir panjang. Namun, ternyata Arne langsung melarangnya mentah-mentah.

Sebelum tiba-tiba jatuh tertidur, gadis yang masih sibuk di alam mimpi ini menjelaskan panjang lebar akan kemungkinan Abangnya memukul Laksa lagi. Lelaki itu paham betul kekhawatiran Arne, tetapi ada yang mau ia bicarakan juga pada Aro.

Bersamaan dengan mobil Laksa berbelok ke gang kos Arne, gadis itu kembali menggeliat. Kali ini bergerak menduselkan kepala pada perpotongan lehernya yang membuat lelaki itu refleks meremas setir.

"Ne," panggilnya ketika mobil sudah berhenti di depan kos Arne. Mendapat respon berupa dengungan pelan, Laksa lantas membetulkan posisinya agar lebih mudah membangunkan gadis yang setengah tidur ini. "Capek banget, ya?"

Arne mengangguk dengan mata yang masih terpejam sebelum menarik Laksa mendekat. "Aku nggak suka ikut rapat, capek," keluhnya parau.

Mendengar itu, Laksa terkekeh pelan. Baru saja kemarin gadis itu cerita begitu antusias perihal rapat organisasi yang mau diikutinya untuk pertama kali. Wajar saja sebenarnya, Arne biasa sudah bersantai di kos sebelum langit gelap, tetapi hari ini jam delapan saja mereka baru sampai kos.

"Nanti juga kebiasa, tapi kamu enjoy nggak?" tanya Laksa yang kembali direspon anggukan pelan. "Cari pengalaman, ya, sekalian tambah temen juga dari fakultas lain. Tapi kalo nanti kamu ngerasa nggak nyaman karena terlalu toxic, komunikasiin."

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang