[37] Her Favorite Loser

2.1K 295 72
                                    

R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

R

"Jangan capek ingatkan Ayah kamu buat jaga makan dan istirahatnya ya, Laksa."

Seiring langkahnya mengikuti Isaiah keluar dari ruangan pria itu, Laksa menganggukkan kepala paham. "Siap, Om. Sekarang kalo lagi senggang, Laksa suka sempetin pulang biar Ayah nggak bandel. Soalnya kapan itu pernah ketahuan gofood sushi."

Tawa Isaiah kontan berderai mendengarnya. "Bilang ke Ayah, setelah Ayah kamu dan Aro pulih, kita rencanakan pergi piknik bersama. Biar makin ramai, nanti Om minta Arne buat ajak teman-temannya."

Laksa mengangguk lamat-lamat. Tangannya bergerak menggaruk telinga. "Kalo Bang Aro bolehin, Laksa baru bisa ikut."

"Pasti boleh," tangkas Isaiah cepat. "Saat ini kondisi Aro sudah mulai membaik, emosinya juga jauh lebih stabil, sudah mau ngobrol kan kemarin sama kamu?"

Laksa meringis menanggapi. Sudah lima hari ini Aro dirawat, ia tidak pernah absen datang untuk mengantar Arne sepulang kuliah atau sekadar menggantikan Isaiah menjaga Aro.

Seniornya itu sadar di hari kedua dirawat dan kebetulan hanya dia yang menunggui karena Isaiah sedang ada operasi dan Arne masih di kampus. Laksa sudah paham di luar kepala kata-kata psikiater mengenai bagaimana dia harus bersikap ketika menghadapi Aro yang baru sadar, tetapi bayangannya akan amukan seniornya tidak terjadi saat itu. Tidak diduga, Aro diam menatapnya sebelum mengatakan sesuatu dengan suara yang hampir hilang.

"Kangen Adek," katanya waktu itu yang lalu membuat Laksa tunggang langgang kontan menjemput Arne ke kampus.

Di hari ketiga sama saja, seniornya itu hanya mau mengobrol dengan Arne. Bahkan Isaiah saja tidak dihiraukan setiap mengajak bicara. Namun, kemarin tiba-tiba Aro menanyakan kondisi Parama pada Laksa yang hanya bisa terbengong dengan mata berkaca-kaca lebay.

"Besok sepertinya Aro sudah boleh pulang," ucap Isaiah sambil membuka pintu kamar inap Aro sebelum terkesiap pelan. "Astaga, anak itu."

Laksa terkekeh seraya menutup pintu yang ditinggalkan Isaiah untuk menghampiri Arne yang lagi-lagi tertidur pulas di ranjang Aro sembari memeluk Kakak lelakinya itu.

"Adek, bangun." Isaiah membangunkan Arne yang sama sekali tidak bereaksi. "Sama siapa ini ke sininya, ya ampun. Sayang, Abangnya kasihan nggak bisa napas."

"Tadi bilang ke Laksa mau bareng temennya, Om," sahut Laksa lalu beranjak duduk di sofa dan memisahkan makanan untuk Arne serta menyiapkan alat makan. "Aubrey namanya."

"It's Audrey." Tiba-tiba saja Aro menyahut dengan suara parau. "How could you don't know your girlfriend's bestfriend's name?" sungut lelaki itu sambil menjauhkan tangan Isaiah agar tidak membangunkan Arne lalu meminta Papanya untuk menaikkan bagian kepala bed.

Mendengar sindiran tajam tersebut, alih-alih merasa jengkel, Laksa malah sekuat tenaga menahan senyumnya karena diakui sebagai pacar Arne.

"Lupa, Bang," jawabnya santai yang direspon decakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang