Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
R
"Review Kak Laksa dong, Kid."
Arne yang sedang tiduran terlentang di atas kasur sontak mendelik. Kaki dan tangannya yang sejak tadi bergerak ke kanan dan kiri langsung berhenti saat mendengar ucapan random Gaia.
Gadis itu melirik temannya yang berdiri di depan lemari, memilih baju. Sengaja tidak menanggapi Gaia, ia kembali menggerakkan kaki dan tangannya, tetapi kali ini sembari memejamkan mata.
"Gue tahu lo denger ya, Bocah."
Arne membalikkan tubuhnya menjadi tidur bertelengkup, menyembunyikan wajahnya di balik tangan, tetapi baru dua detik gadis itu sudah gelagapan kehabisan napas.
"Kualat tuh sama orang gede."
"Sok besar," sahut Arne sambil bangkit untuk mengambil posisi duduk. "Padahal Gaia baru ulang tahun dua bulan lalu, bulan depan aku juga mau ulang tahun."
"But still, I'm older than you, wle." Temannya itu selesai memilih baju dan berjalan menuju kamar mandi. "Jangan tidur dulu," ucap Gaia sebelum masuk kamar mandi.
Arne menghela napas panjangnya sebelum kembali menjatuhkan diri ke kasur. Secara otomatis, otaknya memutar momen ketika kemarin bersama Laksa.
"Nehan bilang, lo nggak biasa naik motor, bener?" Arne meringis sambil mengangguk menanggapi Laksa. "Yah, sori, gue nggak nanya lo dulu waktu itu."
Arne melambaikan kedua tangannya heboh. "Nggak perlu minta maaf, Kak. Nggak biasa kan bukan berarti nggak mau. Keluarga aku emang sedikit protektif, jadi dibolehin naik motor baru pas kuliah ini, itupun bolehnya sama Gaia atau Nehan. Tapi, aku suka kok naik motor, maksudnya aku nggak gimana-gimana kalo naik motor."
Laksa terdiam sejenak mendengar penjelasan yang Arne berikan. Laki-laki itu menoleh ke Arne yang ternyata juga sedang menatapnya sebelum kemudian mengalihkan pandangan dengan cepat. Laksa terkekeh melihat itu. "Besok-besok gue bawa mobil deh, biar lo nyaman."
"Ih, nggak perlu. Aku lebih suka naik motor tahu, Kak. Bisa pegang udara, terus lihat langitnya nggak berubah warna, terus ya, Kak, kalo sama Kakak tuh jalannya nggak cepet-cepet. Sama Nehan tuh suka asal salip motor lain, tapi kalo Kak Laksa sabar naik motornya."
Laksa tersenyum geli, tidak tahu saja bocah ini, kenapa dia mengendarai motor dengan lambat. Lelaki itu merendahkan tubuhnya, menatap Arne yang sedang mengedarkan pandangannya.
"Berarti besok mau jalan lagi sama gue?" tanya lelaki itu membuat Arne memalingkan wajah ke arahnya. Dari jarak sedekat ini, dia bisa melihat bagaimana rona merah perlahan merambati pipi Arne yang berisi.
"Lagi bayangin Kak Laksa bugil ya, lo" Arne sontak terkesiap bangun dari lamunannya mendengar suara Gaia.