[29] We Only Get What We Give

2.8K 363 77
                                    

warning: violence and harsh words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning: violence and harsh words

R

BRAKK!

Rasa kebas sontak menjalari punggung Laksa saat tonjokan Aro membuatnya limbung dan terjatuh di atas tumpukan kayu. Laki-laki itu sempat memejamkan matanya sejenak sesaat sebelum baju yang dipakainya ditarik kasar dan membuatnya terduduk lunglai.

Sudut bibirnya yang terasa perih masih tidak ada apa-apanya dibanding dengan apa yang sudah dia lakukan pada Arne. Maka dari itu, Laksa menelan ludahnya yang terasa seperti besi sebelum menatap Aro lurus. "Gue nggak bakal membela diri, lakuin apa aja yang mau lo lakuin. Bahkan kalo lo mau bunuh gue di sini sekarang, silakan, I'll be thankful," ucap laki-laki itu diakhiri senyuman pahit yang mengundang Aro melayangkan pukulan lagi di rahangnya.

"Bacot," sahut Aro tajam. "Gue nggak bakal sudi biarin lo enak-enakan mati sementara Adek gue harus coping akibat kebrengsekan lo, anjing."

Mengusapkan ibu jarinya ke sudut bibirnya yang berdarah, Laksa lantas terkekeh singkat sembari mengamati Aro yang menjauhkan diri dengan kedua tangan mengepal, terlihat masih berusaha menahan diri.

"We met on a dating app," akunya sembari mencoba berdiri. Menahan nyeri di perutnya akibat pukulan pertama Aro, Laksa kemudian menghampiri lelaki yang membelakanginya tersebut. "I've kissed her ... on lips. Gue juga pernah bawa dia ke kos—"

Crack. Belum sempat kalimat Laksa selesai terucap, rahangnya sudah tertoleh ke kanan sampai berbunyi cukup keras setelah bogem mentah Aro mengenainya.

Benar-benar cari mati.

Dengan satu tangannya, Aro mencengkeram baju depan Laksa, menyeret laki-laki itu lalu mendorongnya ke tembok dengan kasar.

"Sikat gigi yang ada di kos lo itu punya Adek gue?" tanya Aro sambil menekankan lengan kanannya ke leher Laksa, menghambat jalan napas lelaki itu. "Cewek yang kata lo pertama kali mabok itu Adek gue? Cewek yang nggak bisa lo apa-apain itu Adek gue?"

Di tengah napas yang tersendat, Laksa masih bisa tersenyum miring. "Lo harusnya terima kasih sama gue. Coba kalo dia ketemu sama cowok lain, mungkin—"

"Brengsek." Aro dengan cepat menekuk lutut lalu menabrakkannya ke perut Laksa sampai membuat lelaki itu membungkuk kesakitan. Belum sempat menguasai diri, Laksa sudah dibuat tersungkur akibat pukulan siku Aro pada punggungnya.

Di tengah terbatuk hebat, Laksa pasrah saat seniornya ini menarik kasar bahunya untuk membuatnya terlentang. Lelaki itu kembali mengerang ketika Aro menduduki perutnya yang terasa nyeri. Namun, mendapati kedua mata Aro memerah menahan tangis, Laksa mengendurkan otot perutnya, membiarkan beban tubuh Aro menekan dan membuatnya semakin merasa sesak.

Kedua tangan Aro yang mencengkeram baju Laksa terasa bergetar, napasnya terdengar tersengal, rahangnya bahkan bergemeletuk saking ia menahan emosi.

"Jangan karena gue percayain lo abis-abisan, lo jadi nggak tau diri gini, anjing," desis Aro sarat akan rasa kecewa. Laki-laki itu sesekali memalingkan kepalanya, masih tidak percaya dengan fakta yang menghantamnya.

Head Over Flip FlopsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang