Part 34: Diculik

36.6K 1.2K 10
                                    

Bughh

"Awhh, sakit banget." Ringis Grizelle mengelus bokongnya.

Gadis itu terjatuh dari lantai 2, kamar dimana ia dikurung Atalaric. Grizelle mencoba untuk keluar dari markas Wolfrsh. Ia hanya bisa melakukan dengan cara itu, yaitu kabur melewati balkon. Grizelle turun menggunakan sprei kasur dan selimut yang ia ikat di penyangga balkon.

"Aku harus cepet pergi dari sini, sebelum ada salah satu anggota Wolfrsh yang liat aku." Ucap Grizelle bergegas berlari keluar dari area markas.

Grizelle berlari sekuat tenaga, rasa sakit dibokongnya ketika terjatuh tadi hilang begitu saja. Ia juga tidak menghiraukan kakinya yang tidak beralas. Ketika kabur tadi, Grizelle sama sekali tidak menggunakan alas kaki. Ia hanya membawa tasnya.

Dengan air keringat yang terus mengucur, Grizelle terus berlari menjauh dari markas. Ia tidak ingin bertemu lagi dengan Atalaric, setelah pria itu mengurungnya berhari-hari. Bahkan handphone miliknya disita pria itu. Ia sama sekali tidak bisa meminta pertolongan pada siapapun selain dengan cara kabur nekat seperti ini.

Lari tanpa tau arah tujuan kemana, Grizelle hanya ingin pergi dari tempat itu. Ia tidak ingin lagi dikurung disana. Ia juga ingin bebas tanpa adanya kekangan dari Atalaric. Selama dikurung, Grizelle selalu di kekang Atalaric. Ia tidak diperbolehkan menyentuh handphonenya dan juga tidak diperbolehkan untuk pergi ke sekolah.

Langkah kaki Grizelle berhenti disebuah taman yang berisi anak-anak kecil sedang bermain. Lagi-lagi pikiran gadis itu terlintas bayi mungil yang selama ini ia rindukan, siapa lagi kalau bukan Alaric. Selama pergi dari rumah pria itu, sampai saat ini ia sama sekali belum melihat wajah bayi mungil itu.

"Kangen banget." Gumam Grizelle menatap sendu anak-anak kecil yang sedang asik bermain, berlari sana-sini.

Ingin melihat foto Alaric pun ia tidak bisa. Handphonenya saat ini masih di tangan Atalaric. Pria itu menyita handphone miliknya.

"Hai, nyonya Felix." Sapa seorang pria berpakaian full hitam dari arah belakangnya.

Grizelle membalikkan badannya, ia menatap ketiga pria. Salah satu dari ketiga pria tersebut, Grizelle sangat tidak asing dengan wajahnya.

"Kalo lo ngeliat brengsek ini, lo harus cepet telpon gue dan lo juga harus menghindar dari brengsek yang ada di foto ini. Namanya Bastian Wyman Michael."

Tiba-tiba ucapan Atalaric yang itu, terlintas dipikirannya. Pria yang ada di foto pada saat Atalaric memberikannya kini ada dihadapannya.

"Bastian." Batin Grizelle.

Perlahan-lahan Grizelle mundur dari hadapan pria itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia ingin menelpon Atalaric juga tidak bisa. Apa ia harus berlari saja? Pikirnya.

Bastian dan kedua temannya menatap Grizelle dengan menyeringai, dengan kecepatan kilat Bastian sudah mencekal pergelangan tangan Grizelle yang hendak kabur.

"Kalian siapa? Ada perlu apa kalian?" Ucap Grizelle mencoba untuk terlihat biasa-biasa saja.

"Sekarang." Ucap Bastian kepada kedua temannya, tetapi tatapannya masih di Grizelle.

"Mau ngapain kalian? Apa urusan kalian kepada saya? Saya tidak kenal siapa kalian!" Ucap Grizelle memberontak berusaha melepaskan cekalan tangan Bastian.

"Kalian macem-macem aku gak segan-segan buat teriak." Ancam Grizelle.

"Tolong!" Teriak Grizelle.

Salah satu teman Bastian mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Ia pun langsung membekap mulut Grizelle hingga gadis itu jatuh pingsan.

Atalaric (END) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang