Sudah 2 hari berlalu. Grizelle sudah berhasil belajar bela diri dalam waktu hanya 2 hari. Sudah 2 hari juga, ia sama sekali tidak bertemu dengan Atalaric dan teman-temannya. Termasuk Elvano dan Jerome. Selama dirumah, gadis itu tidak pernah melihat batang hidung kedua abangnya itu.
Selama 2 itu juga, pelaku teror itu semakin nekat mengirimkan foto-foto Grizelle yang ia tusuk menggunakan pisau. Pelakunya hanya bisa mengirimkan ancaman itu melalui pesan. Grizelle diam-diam mengambil handphone nya tanpa sepengetahuan David.
Grizelle takut. Ya, pasti Grizelle sangat takut dengan semua ancaman yang pelaku itu kirimkan kepadanya. Disaat ia membutuhkan mereka, tapi mereka seolah hilang tanpa kabar semua.
Grizelle hanya bisa pasrah. Ia akan menjalani hidupnya dengan tenang. Ia akan terima apa yang akan terjadi kepada dirinya nanti.
Hari ini Grizelle akan berbuat nekat. Ia akan menghubungi nomor asing itu. Ia akan mencari tau siapa orang dibalik teror itu.
Grizelle sudah mengirimkan pesan kepada orang asing itu untuk menemuinya disuatu tempat. Dengan penuh keberanian ia akan menghadapi langsung orang itu. Dengan modal bela diri yang pelajari selama 2 hari lalu.
Toni lagi-lagi membantu Grizelle hari ini. Pria paruh baya itu akan mengantarkan ke tempat yang sudah Grizelle perintahkan.
"Pak, bapak tunggu disini aja ya. Biar Grizelle yang masuk sendiri kedalam."
"Non, non saya mohon untuk tetap menjaga diri non." Khawatir Toni.
"Tenang aja pak. Grizelle akan baik-baik aja, Grizelle yakin itu. Kalaupun ada yang terjadi sama diri Grizelle nantinya, tolong sampaikan kepada Atalaric bukti video yang kita dapat tempo hari. Pak Toni percayakan semuanya pada Grizelle."
Toni memberikan Grizelle sebuah pisau kecil untuk jaga-jaga. Grizelle menyimpan pisau tersebut ke dalam saku celananya.
Grizelle dengan penuh keberanian menuruni mobil dengan sendirian. Ia akan berhasil menyelesaikan semuanya sendiri. Ia yakin itu.
"Saya gak bisa diam aja. Saya harus telpon bantuan." Ucap Toni segera membuka handphonenya menelpon seseorang.
Sedangkan Grizelle, gadis itu perlahan-lahan masuk ke dalam sebuah bangunan yang kosong. Ia percaya jika tuhan akan membantunya menyelesaikan semua masalahnya ini. Ia juga yakin jika malaikat sedang berada disisinya saat ini untuk menemaninya.
"Grizelle, kamu gak perlu takut. Semua akan baik-baik aja. Mari kita selesaikan semua masalah ini." Batin Grizelle menyemangati dirinya sendiri.
Langkah kaki Grizelle menelusuri ke dalam bangunan itu. Ia mencari keberadaan orang yang ia cari.
"Halo."
"Ada orang di dalam?"
Gadis itu terus waspada. Ia diajarkan anak buah David, dalam keadaan yang yang mendesak ia harus terus waspada.
Grizelle berjalan dengan lambat. Gadis itu terus menatap sekelilingnya. Ia tidak boleh takut. Ia harus berani demi kebenaran.
"Halo." Pekik Grizelle.
"Hai, ketemu juga kita hari ini." Sahut seseorang dari arah belakangnya.
Grizelle langsung membalikkan tubuhnya. Ia menatap seorang perempuan dengan wajah masih tertutup. Jarak mereka 3 meter, Grizelle masih belum tau siapa orang dibalik masker hitam itu.
Mata Grizelle membulat. Ia terkejut menatap perempuan dihadapannya itu ketika sudah membuka maskernya.
"Chelsea."
Chelsea menyeringai. Ia menatap Grizelle dengan bersedekap dada.
"Ya, gue Chelsea. Gimana perasaan lo setelah melihat gue kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Atalaric (END) (Revisi)
Fiksi RemajaSeorang gadis bernama Grizelle Adlyn Queensha yang sejak kecil tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang, baik dari orangtua maupun saudaranya. Grizelle tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Atalaric Tristan Felix yang hampir mena...