23.

335 5 0
                                    

" bik, apa kau bisa memasak bubur untuk Yora ??" Ucapku pada Weri yang kebetulan ia baru turun dari tanggan yang berjaga untuk Yora.

" Baik tuan, aku akan saya buatkan !!" Ucapku ramah Weri padaku.

Menapaki anak tangan, terhenti kakiku ditengah jalan melihat pintu yang sedikit terbuka bersampingan dengan kamar milik Yora, aku yang penasaran membuka pintu berwarna putih senada dengan tembok berstikerkan anak kecil membuatku tertarik untuk melihat kedalamnya.

Kembali teriris hatiku melihat 2 bad ranjang tidur bersampingan berwarna biru dan pink seketika pula aku terkulai lemas meneteskan air mata melihat pemandangan dimana aku tidak membantu sama sekali.

Menangis sejadi-jadinya aku meraba setiap benda yang aku lintasi, baju yang lucu, mainan yang mungil, beserta tempat tidur yang terbilang luas untuk ukuran bayi.

Mendengar langkah kaki, aku pun mengelap air mata yang hampir mengering dari wajahku, keluar dari kamar baby aku melihat Weri yang ingin mengetuk pintu kamar Yora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mendengar langkah kaki, aku pun mengelap air mata yang hampir mengering dari wajahku, keluar dari kamar baby aku melihat Weri yang ingin mengetuk pintu kamar Yora.

" Bik, biar saya yang bawa kedalam " mengambil nampan dari tangan Weri aku membuka knop pintu perlahan dan masuk kedalam tanpa menunggu jawaban dari Weri setuju dan tidaknya.

Meletakan nampan perlahan aku melihat Yora yang masih tak sadarkan diri diatas kasur, akupun duduk menatap perut yang sudah membesar mengelus lembut janin yang sudah dikandungnya selama berbulan-bulan.

Air mataku hari ini sangat sulit diajak kompromi selalu saja menetes, aku yang melihat Yora sudah berganti pakaian, menyelimuti Yora dengan hati-hati agar tidak terbangun.

Melihat kilas bibir ranum nan merah itu, sekilas pula aku mencium bibir dan keningnya, seketika pula aku mendengar Yora berkata dengan halus " Darren " dengan suara yang serak aku mendengar dengan jelas apa yang Yora katakan. Air mata yang tak terbendung kembali menetes membasahi kedua pipiku. Tanganku yang refleks bergerak dengan sendirinya menyingkirkan rambut halus halus yang menutupi wajah Yora.

Tanganku bergerak menelusuri setiap jengkal wajahnya, seketika itupula Yora menggapai tanganku, aku yang panik mematung sejenak namun tak ada respon kembali pada Yora.

Hanya saja Yora mengubah posisi tidurnya menjadi miring dan meletakan tanganku dipipinya seolah menyuruhku menompang wajahnya yang membulat.

Akupun tertawa melihat adegan ini " ternyata kau tidur sayang " ucapku pelan mengambil tanganku secara perlahan.

Bergerak melangkahkan kaki keluar, ets.. tapi aku bukan ingin keluar kamar yahh.. hanya ingin mengunci pintu biar gak ada yang ganggu hehe..

Seusainya aku mengunci pintu perlahan aku menaiki ranjang dengan sangat hati-hati biar tidak membangunkan yang punya kasur.

Mendekapnya dari pelukanku perlahan-lahan aku memasukan tanganku dibawah kepala Yora untuk dijadikan bantal sandaranya, dan tanpa aku duga, Yora juga ikut mendekat ketubuhku hingga tak ada lagi jarak diantara kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendekapnya dari pelukanku perlahan-lahan aku memasukan tanganku dibawah kepala Yora untuk dijadikan bantal sandaranya, dan tanpa aku duga, Yora juga ikut mendekat ketubuhku hingga tak ada lagi jarak diantara kami.

Mencium lembut keningnya akupun mematikan lampu untuk tidur bersamanya, dan tak lupa aku juga memberikan kehangatan pada bayiku yang sedang dikandung Yora.

Entah berapa lama kami terpulas, hingga aku pun terbangun mendengar ponselku yang bergetar diatas meja. Aku tak memperdulikan itu aku hanya terus mendekap Yora lebih erat hingga tidurnya pun terusik akibat gerakanku yang terlalu spontan.

Seketika itupula dengan cahaya yang remang-remang Yora berteriak melihatku tidur saling berpelukan satu sama lain. Aku yang juga ikut kaget ikut berteriak hingga menyalahkan lampu yang berada disamping ranjang.

" Kauu.. kauuu.. ke..kenapa kau dimamarku ?? Aku tidak bermimpi kan ??? ". Nada tinggi yang Yora hasilkan membuat Weri pembantu rumah mengetuk pintu beberapa kali sambil memanggil yang punya kamar.

" Non.. non.. ada apa ??".

" Kau jawab dulu pembantumu itu " bisikku yang ingin mendekat namun tubuh Yora mengindari dariku. Aku yang terhenti gerakkan ku hanya menatap dirinya dengan tatapan kecewa.

" Tidak apa bik aku hanya kaget, kau kenapa kau disini ??". Tanya Yora padaku yang beranjak dari kasur.

" Yora kau jangan bergerak, kau baru saja bangun kau tidak takut bayimu kenapa-kenapa???". Ujarku yang ikut bangun.

Seketika itu pula Yora duduk ditepi ranjang membelakangiku.

" Aku kesini untuk urusan pekerjaan, aku tidak tau kalau kau dan Yeza masih terikat sodara, aku juga baru mengetahuinya tadi sore Yora, ". Jelasku pada Yora dengan lembut agar bisa dimengerti kalau ini tidak disengaja.

Yora yang masih terdiam dengan apa yang aku katakan, aku juga tidak banyak bicara lagi setelahnya.

" Apa yang kau kandung itu anakku ?? Aku mendengar dari Dizon kau melakukan one night saat di London ??". Kali ini aku tidak akan bertele-tele lagi Yora.

" Baiklah, kalau kau tak ingin aku disini aku akan menginap dihotel saja, semoga kau lekas sembuh jaga anakmu demi aku juga kau harus ingat aku juga menyayangimu entah rasa ini tumbuh sejak kapan ". Sudah panjang lembar aku menjelaskan tapi tetap saja sama hasilnya tidak ada respon darinya.

Saat aku beranjak dari kasur untuk keluar kamar, aku dikagetkan dengan gerakan yang dilakukan Yora yang memelukku dari belakang membuatku mendengarkan isakan tangisan darinya, aku pun berbalik badan membalas pelukannya menenangkan dirinya mengelus pucuk rambunya.

" Hikkss..hikksss ".

" Tenanglah ada aku disini ".

" Maafkan aku ".

" Aku yang salah, aku minta maaf ya ".

" Maafkan aku Darren, aku sudah egois tidak memberitahumu aku menyesak menyimpannya sendirian, ituu.. ituu.. itu karna aku tidak ingin merepotkanmu ". Isak tangis Yora semakin menjadi membuatku menarik tubunya dari pelukanku meihat wajahnya yang sudah dipenuhi air mata.

" Yora, dengarkan aku kita lupakan masa lalu, kita harus menjalani kehidupan yang sekarang aku akan menjagamu dan bayi kita aku akan selalu berada disampingmu apapun yang terjadi, maafkan aku yang tidak berada disisimu selama ini ". Ucapku menenangkan dirinya dan mengecup keningnya dengan lembut.

Seketika itupula Yora mencium bibirku dengan gerakan cepat, Aku pun terdiam sejenak menatap wajahnya yang masih basah akibat tangaisannya perlahan aku menarik tekuk lehernya untuk lebih mendekat padaku,melumat bibirnya dengan lembut berjalan melangkahkan kaki dengan mata saling menutup hanya menggunakan insting menuju kasur dengan bibir yang masih menyatuh.

Malam ini aku tidak bersetebuh hanya saja melepas rindu yang sudah terpendam hanya saling berpaut satu sama lain diranjang yang sama.

Gabriella Yoraza" On Going"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang