2.

685 9 0
                                    

Terdengar alarm yang menggemah disejuru ruangan kamar yang menandakan sudah jam 07.00 pagi, meregangkan tubuh yang terpulas mengharuskanku bangun bersiap untuk bekerja.

" Selamat pagi bik ".

"Selamat pagi non, bibik buatkan susu sama omlet untuk sarapan pagi ini non".

" Terimakasih bik".

Menyantap makanan yang baru dibuatkan Artku, dengan cepat ku tandas agar tidak macet dijalan nantinya.

" Bagaimana yang kemarin??" Tanya ku tanpa basa-basi saat tiba diruang kerja miliku.

" Ada apa denganmu Yora?? Jelaskan terlebih dahulu padaku ??" Tanpa disuruh, Luvi mengambil kursi tepat duduk didepan atasan dan juga sahabatnya itu.

" Biasa, mamaku terus mendesakku kau tau sendiri aku tak suka didekati pria dan bagaimana caranya bisa mendapatkan anak tanpa harus terlibat dengan para pecundang itu yaitu dengan cara Inseminasi. tanpa disadari terukir jelas raut wajahku tersenyum bahagia.

" Apa keputusanmu sudah bulat?? Kau yakin?? Bagaimana pendapat mama Gea?? Pasti kau tidak bertanya?? Kau yakin, akan dampaknya ??" Berbondong-bondong Luvi mempertanyakan keputusan yang akan kuambil dengan mengeratkan kedua tanggaku kepadanya, Luvi mendengar dengan saksama.

" Aku sudah yakin !! Aku hanya perlu mencari lelaki yang mau mendonorkan sprema-nya untukku" kataku menyakinkan kembali Luvi.

" Aku akan membantumu jika keputusanmu sudah bulat, aku akan bekerja nanti sore kita lanjutkan nanti, akan ku kosongkan jadwal soremu hari ini, bye bye !!.

Berkutak-katik dengan berkas yang harusku tandatangani hari ini hingga membuat aku lupa jam sudah sore.

Tookk...tokkk...

" kau sudah siap?? " Teriak Luvi dari pintu ruanganku yang terbuka.

" Hmm...."

" Aku memiliki kenalan dokter kandungan yang kebetulan bekerja disini !! Aku sudah menyiapkan mobil dibawah "

Tak membawa supir, Luvi sendirilah yang menyetir kendaraan yang akan membawa kami kerumah sakit ternama untuk melakukan konsultasi mengenai Inseminasi buatan yang akan memberikan aku anak tanpa harus berhubungan badan dengan pria.

Luvi yang sengaja mengatur jam usai poli kandungan sehingga mereka tidak harus ikut mengantri karna aku benci menunggu lama.

Setibanya dirumah sakit, Luvi langsung menuju poli kandungan yang dibimbing oleh perawat.

" Helo Darren, bagaimana kabarmu?? " Tanya Luvi yang langsung duduk dikursi dengan aku yang nampak bingung.

" Aku baik kak, bagaimana kabarmu??. Darren bertanya balik dengan tersenyum getir karna mereka termasuk saudara yang tidak terlalu akrab.

" Sepertinya kau sangat mengenalnya??. tanyaku yang heran dengan percakapan mereka yang tampak mengenal satu sama lain.

" Dia adik sepupuku, heheh... Kau tenang saja dia bisa diandalkan " dengan sumbringan luvi mengatakan bahwa dokter dihadapanya adalah temannya.

" Baiklah, apa masalah kali ini kak?? " ucap Darren mengambil alih pembicaraan. " Kau boleh keluar akan aku panggil jika membutuhkanmu " kembali disusul Darren yang menyuruh perawatnya keluar.

" Seperti yang dikatakan kakakmu, aku ingin melakukan  Inseminasi buatan, tapi aku tidak memiliki pria didekatku, ku harap kau bisa memberiku sprema yang bagus, aku tak ingin asal-asalan !! Perkataan tegas dariku mampu membuat dokter didepanku kalut tanpa sepatah katapun. " Bagaimana apa bisa kau lakukan?? " sambung kataku dengan mengetuk meja melihat dokter yang bernama Darren itu masih tertegun dengan ucapanku barusan.

" hmm.. Biasanya aku sudah menerima bersih soal ini, tugasku  hanya menanamkan benihnya bukan mencari spremanya kak !! Ini terlalu sulit, tapi aku akan bertanya pada pihak rumahsakit untuk soal ini, aku juga tidak bisa langsung...." belum juga terselesaikan Darren berbicara sudah aku potong agar tidak banyak basa basi.

" Bagaimana kalau kau saja?? Identitasmu, pekerjaanmu juga cukup bagus, berarti otakmu tidak standar bukan?? Style dan bentuk tubuhmu sepertinya tidak ada cacat sedikitpun, apa kau punya penyakit bawaan?? " Pikiranku yang terlalu mendadak membuat luvi sekaligus Darren batuk secara bersamaan.

"Hmm.. it..itu.. Aku tidak punya penyakit, tubuhku sehat-sehat saja" Darren.

" Yora apa kau yakin?? Aku temanmu bagaimana bisa kau mengucapkannya dengan mudah ?? Kau akan menjadi keluargaku jika kau menerima sprema-nya?? Apa tidak masalah??" Perkataan Luvi sama sekali tidak kuperdulikan.

" Aku tidak masalah selagi dia mau, aku juga tidak akan meminta pertanggungjawaban dari adik sepupumu, aku bisa mengurusnya sendiri Luvi, aku tidak akan membebani keluarganya dan juga keluargamu !!!, Jawabku yang menyakinkan Luvi untuk menerima saran dariku.

Tanpa tidak disadari Darren yang masih menyimak penjelasan kakak dan pasien itu membuatnya kebingungan sebab baru kali ini seorang pasien tak dikenal meminta ia mendonorkan spremanya sendiri.

" Aku tidak bisa melakukannya kak, " seketika Darren membuat suaranya yang sudah sadar dari lamunannya namun terpotong akibat kakak sepupunya yang memberikan ide gila.

" Apa kau masih lajang?? Seingatku kau tidak pernah berpacaran bukan??" - Luvi.

" Aku memang belum pernah berpacaran, tapi ini bukan soal itu kak ini antara hidup dan matiku kak, apa kau mengerti kak??. - Darren.

" Darren aku akan memberi waktu berpikir 24jam, kau tidak perlu tergesa-gesa, jika kau berat melakukanya tidak apa-apa aku akan menerima semua jawabannya, kami akan kembali lagi setelah kau memikirnya dengan matang. " dengan satu tarikan napas aku mengucapkan kalimat yang panjang dengan kedua tanganku menyentuh tangan dr. Darren yang baru beberapa menit aku mengenalnya.

" Kau harus memikirkannya dengan sangat matang adiku, Atasanku bukan sembarang orang ". begitu juga dengan Luvi yang meninggal ruangan Darren setelah memberinya semangat.

Gabriella Yoraza" On Going"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang