5.

765 7 0
                                    

Duduk dicafe dengan rintik hujan, membuat suasana mencekam bagi Darren tapi tidak untuk diriku.
Setelah memesan minuman aku menyeret tangan Darren menuju kursi yang berada didekat jendela.

" Kenapa kau disini???" Tanyaku yang duduk seberangan didepannya.

" Aku tidak lari dari kalian, aku hanya sedang bertugas profesor menyuruhku untuk melakukan bimbingan kampus disini !!!" Jawab Darren dengan sungguh tanpa kebohongan sedikitpun ketika aku melihatnya.

" Bagaimana dengan tawaranku??"

" Maafkan aku Yora, bukan aku tidak ingin " belum sempat Darren menyelesaikan kalimatnya kembali aku memotong pembicarannya.

" Jika tidak ingin, berarti kau mau melakukannya??" Aku yang sumbringan mendengarnya mengepalkan kedua tangannya dengan senyum terukir manis dibibirnya membuat Darren menelan air ludahnya sendiri.

" Heyy... Dengarkan dulu pembicaraanku kenapa kalian selalu memotong pembicaraanku haa???".

Pelayan yang tiba membawa minuman yang dipesan, kami langsung mengesap minuman bahkan sebelum pelayan meletakkannya diatas meja.

" Baiklah, Darren aku akan mendengarkan apapun keputusanmu, aku tidak akan memaksa sedikitpun!!" Pasrah dengan apa yang dikatakan Darren membuat diriku kembali memasang wajah yang serius mencermati apa yang akan dikatakan Dokternya itu.

" Aku bukan tidak ingin mendonor spremaku untukmu, hanya saja aku tidak nafsu saat melihat wanita, aku tidak berpacaran bukan karna aku tidak ingin hanya saja belum ada yang bisa membuatnya berdiri" ucap samar dan pelan Darren membuat dirku memasang kedua telinga dengan tajam.

" Apa kau Gay??" Tanya aku yang mendekatkan diri kepada Darren sontak membuat Darren berdiri dari tempat duduknya.

" Aku tidak tau, jika aku gay tapi.... Tapi ia masih tidak berdiri jika disentuh sesama jenis aku pernah mendatangi sebuah bar yang khusus dipakai para gay Yora, tapi.. dulu waktu aku sekolah ada satu wanita yang membuatnya berdiri hanya dengan melihat tubuhnya dari belakang sejak ia pindah sekolah aku tak pernah lagi merasakan kekerasanya" jelas Darren dengan menyakinkan diriku agar tak banyak berharap kepadanya.

" Bahkan dengan menonton porn?? Kau tidak bisa merasakannya??" Tanyaku yang sedikit curiga apa Darren berbohong kepadaku.

" Iya, dan aku bersungguh-sungguh Yora, jadi aku tidak bisa mendonorkannya untukmu sebaiknya kau cari terlebih dahulu pendonornya !!" Ucap jelas Darren membuat aku patah semangat menjadi ibu tunggal.

" Aku tidak mudah percaya terhadap orang lain Darren, kalau bukan kau sepupu dari Luvi tidak mungkin aku akan mengobrol denganmu !!!" Seketika aku bangkit dari kursi dan meninggalkan Darren yang masih sibuk meminum kopinya.

Dalam perjalanan menuju hotel, aku hanya melamun didalam taksi entah apa yang dipikirkan bagiku hanya melihat kehampaan didepan mata hingga lamunanku tersadar ketika supir taksi memanggilku berulang kali.

" Nona, kita sudah sampai !!" - supir.

" Ahh... Maaf pak, berapa pak ??" Tanyaku yang merogoh dompet mengeluarkan uang selembar untuk membayar taksi " terimakasih pak !!".

langkah demi langkah menelusuri lobi hotel dengan tatapan kosong menuju lif, aku terkaget akibat dentingan ponsel yang mendapatkan pesan dari Luvi.
Melihatnya sekilas aku tak berniat untuk membuka bahkan membalas pesan darinya.

Lif yang sudah tiba dilantai dimana kamarku berada kembali aku menapaki lorong yang akan menuju kamar, dengan berjalan menunduk tanpa disengaja aku menabrak seseorang dan ketika mendonggak melihatke atas ternyata Dizon dan Luvi.

" Eyyy.. kenapa kau ada disini???" Aku yang terkejut dengan kehadiran Dizon dihadapnku.

" Kenapa ?? Apa dilarang aku kesini haa???" Tanya Darren yang menyingkirkan tanganku dari hadapannya dan berkacak pinggang didepanku.

" Luvi kau sengaja yah, mengajak Dizon kesini???"

" Aku??aku sudah lama tidak liburan bersama Dizon hahhaha...!!" Jawab Luvi yang merangkul tangan Dizon dengan mesra.

" dasar pamer kemesraan !!"ucapku  berlalu meninggalkan keduanya.

" Dasar tukang iri huuu..." Olok Dizon yang mengejek dirimu ketika melewatinya begitu saja.

Tak ingin meladeni Dizon, aku hanya berjalan menuntun kaki menuju kamar untuk bersiap-siap bertemu BA-nya hari ini.
Ternyata pesan singkat yang dikirimkan oleh Luvi :

** Kau berangkat sendiri, aku akan pergi bersama Dizon **.

Melempar kasar ponsel genggam kearah kasur dengan menggerutu melempar paperbag yang aku bawa  sedari tadi, Tak ingin berlarut-larut dari kegusaran hati, aku bersiap-siap untuk pekerjaan hari ini, menarik nafas dengan kasar terasa berat sekali hari ini hhuuu...

Membawa mobil dengan sendiri tanpa bantuan supir dan memutar lagu kesukaanku tak sedikitpun untuk diriku marah terhadap Luvi yang seharusnya menjadi supirnya.

Setibanya dikantor tempat BA nya bekerja, dan disambut hangat oleh agensi aku berjalan dengan ramah menuju resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan Abya.

" Permisi, saya dari perusahaan Jeksi saya sudah membuat janji dengan nona Abya!!" Tanya ramahky terhadap pegawai wanita itu.

" Baiklah, tunggu sebentar nona." Balas singkat resepsionis lalu menekan tombol menghubungi Abya.

" Silahkan Nona saya hantarkan !!" Ucap resepsionis yang sudah mengkonfirmasikan kepada atasanya.

Mengekori pegawai resepsionis menuju lif, aku memberi kabar untuk Luvi bahwa aku sudah tiba dikantor.

" Silahkan Nona!!" Ucap pegawai resepsionis sambil membuka pintu untuk diriku.

"Terimakasih!!" Jawab singkat aku memasuki ruangan yang sudah ada Luvi dan Dizon didalamnya.

" Silahkan masuk nona Yora" ucap ramah wanita bernama Abya.

"Kenapa kau juga ikut??" Tanya aku kepada Dizon yang menyilangkan kakinya dikursi yang sudah disediakan dalam ruangan.

" Ohh..dia ??? Dizon teman kuliahku, mari silahkan duduk " jawab Abya dengan ramah memperkenalkan Dizon, sedangkan sang pelaku hanya asik meminum teh yang disediakan manager Abya.

Tanpa berbasa-basi Yora langsung memberitahu Abya apa tujuannya kali ini, dengan saksama orang yang berada didalam ruangan fokus kepada Luvi yang mempresentasikan niat dan tujuannya, dengan bantuan Yora memperlengkap dokumentasinya.

Tak terasa sudah 2jam aku dan Luvi menjelaskan semuanya, namun berkat Dizon mereka selesai dengan cepat, jika bukan ia teman kuliah Dizon mungkin akan memakan banyak waktu lagi.

Selesai dengan dokumen yang sudah ditandatangani waktunya aku dan Luvi beserta Dizon pamit undur diri.

" Kenapa kau tidak memberitahuku bahwa kalian mengenalnya??"

" Dizon melarangku memberitahumu, maafkan aku !!" - Luvi.

" Kenapa juga aku harus memberitahumu haa??" - Dizon.

" Sudahlah aku tak ingin membahasnya!!!" Balasku yang mengalihkan pandangan dan lebih memilih bermain ponsel pintar tanpa meperdulikan sekretaris dan pacarnya bermesraan didepanku.

Tiba dilantai dasar, mereka langsung keluar menuju lobi.

" Aku akan keluar bersama Dizon kalau mau makan duluan saja tak usah menungguku" ucap Luvi yang ditarik Dizon.

" Baiklah !!" Dengan langkah malas aku menuju parkiran mobil sendirian, mencari rute bar terdekat dengan hotel aku ingin menghabiskan waktu dengan meminum alkohol yang akan membuat diriku melupakan masalah Darren sejenak

Gabriella Yoraza" On Going"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang