02. start adapting

900 101 0
                                    


Matthew tidak menyangka kala bangun dari tidurnya, di meja makan telah tersedia banyak makanan bergizi. Sebab, biasanya ia dan sang paman hanya makan seadanya. Nasi dengan lauk seadanya saja bagi Matthew dan sang paman sudah cukup. Masih bersyukur diberi makanan untuk hari itu.

"Selamat pagi, Matthew. Sudah bangun dan mandi, ya? Kelihatannya wajahmu segar sekali," celetuk Hanbin.

Matthew tersenyum tipis. Kelihatan malu-malu kucing lantaran belum terbiasa dengan suasana markas. Ia mengedarkan pandangan, ada banyak kursi di meja makan yang belum terisi. Namun, Matthew diliputi kebimbangan harus memilih tempat duduk yang mana. Salah-salah, nanti ia bisa kena marah karena salah memilih kursi.

Akan tetapi, begitu tangannya ditarik oleh Gyuvin untuk duduk di sampingnya, rasa bimbang Matthew hilang tak bersisa. Gyuvin yang usianya lebih muda dua tahun darinya juga sangat bersemangat mengajak Matthew bercerita.

"Hari ini menunya apa?" tanya Taerae. Hari ini pemuda berlesung pipi itu menggunakan kacamata. Menarik kursi ke belakang seraya memindai meja makan yang baru berisi sekitar tiga piring masakan.

Hanbin selaku koki dibantu oleh Zhang Hao langsung menjawab, "Tumis sayuran, ikan goreng tepung, dan udang goreng."

Sementara itu, Gunwook mendengus. "Setiap hari menunya itu-itu saja. Aku bosan," keluhnya.

Lantas, dia dihadiahi pukulan di kepalanya oleh Ricky. "Masih untung kita bisa makan hari ini. Kau mau makan tanpa lauk? Kalau aku, sih, tidak."

"Kalau sampai Kak Hanbin marah, kau yang harus bertanggung jawab, Kak Gunwook. Siapa yang akan memasak untuk kita jika bukan dia?" Suara Yujin terdengar penuh kekesalan.

Hanbin menanggapinya dengan santai seraya mengerling Gunwook. "Biar Gunwook saja yang memasak kalau begitu. Aku yakin masakannya lebih enak dariku yang setiap hari hanya memasak tumis sayuran."

Tanpa suara ledakan, kelopak bunga Magnolia berguguran ke atas kepala Gunwook, Yujin, dan Hanbin. Pelakunya adalah Jiwoong. Anggota tertua itu menggelengkan kepala heran. Pagi-pagi begini, bukannya sarapan dengan makanan bergizi, Jiwoong sudah disuguhi pertengkaran sengit. Ketiganya langsung terdiam setelahnya, segan dengan aura yang dikeluarkan oleh Jiwoong.

Jiwoong memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Kemudian duduk di kursi paling ujung. Walau predikat ketua dimiliki oleh Sung Hanbin, tetap saja yang memiliki predikat tertinggi di dalam markas adalah Kim Jiwoong. Semuanya tidak mempermasalahkan soal tempat duduk, lagipula, Jiwoong memang anggota tertua.

"Harusnya kau saja yang menenangkan mereka, Zhang Hao. Kenapa kau malah membiarkan mereka bertengkar?" tanya Jiwoong.

Zhang Hao mengangkat bahu acuh tak acuh. "Aku malas mengeluarkan bunga Bee Balm ku. Sekali-kali mendengar mereka bertengkar karena hal sepele tidaklah buruk, Kak."

"Sudah, jangan banyak bicara," tukas Gyuvin. "Aku sudah kelaparan, dan aku yakin kalian juga lapar. Lebih baik kita segera makan."

"Kau benar, karena setelah ini kita masih harus berkumpul lagi untuk mendiskusikan tentang jadwal pelatihan Matthew," tambah Taerae.

Sementara itu, Matthew yakin ia ingin tersedak mendengar ucapan Taerae.

--✨--✨--

Keringat dingin mengaliri punggung Matthew. Perutnya terasa mulas, melilit entah kenapa sedangkan kaki dan tangannya gemetar. Oh ayolah, tolong, jangan buat Matthew menyesali pilihannya bergabung dengan Bunga Perak. Setidaknya Matthew harus bertahan di sini.

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang