07. hot head

618 84 0
                                    

Hanbin dan Jiwoong kompak menjatuhkan rahang ke bawah kala masuk ke dalam markas. Oke, baiklah, keadaan markas memang jauh dari kata berantakan. Namun, yang membuat keduanya terkejut adalah para anggota kelihatan tengah asyik berpesta di ruang makan. Remah-remah tepung  beserta tulang ayam berserakan di sekitar meja dan kursi.

"Astaga, apa yang kalian lakukan?"

Gyuvin, yang masih mengunyah mengambil satu lagi paha ayam dari piring lalu berjalan mendekati Jiwoong dan Hanbin. "Kak Hanbin dan Kak Jiwoong mau? Kebetulan di piring masih ada banyak."

"Tidak, terima kasih," tolak Jiwoong halus. Nafsu makannya hilang tiba-tiba.

Hanbin melirik si anggota tertua. "Serius? Kalau aku, sih, mau. Perutku terasa lapar," katanya, berlalu meninggalkan Jiwoong kemudian ikut bergabung dengan anggota lain. Meraih satu paha ayam dan menggigitnya perlahan. Dan kembali melirik Jiwoong. "Ayolah, Kak. Makan dulu, dan pikirkan tentang itu nanti. Lagipula itu baru rumor yang belum tentu kebenarannya."

Dengan pipi menggembung penuh isi, Gunwook bertanya. "Rumor apa?"

Ricky melemparnya dengan tulang ayam. "Telan dulu baru bicara. Kalau menyembur bagaimana? Menjijikkan, tahu," katanya kesal.

Sementara itu, Hanbin hanya mampu menggelengkan kepala heran. Mulut dan pikirannya sudah kepalang lelah untuk mengomeli mereka semua. "Mari kita makan dulu dan membicarakannya nanti," tukasnya.

Mendengarnya, Jiwoong segera berlalu meninggalkan ruang makan setelah sebelumnya berkata, "Aku ada di perpustakaan, kalau kalian mencariku. Aku ingin mendinginkan kepala sebentar."

Semua anggota saling berbagi tatapan kebingungan saat itu juga.






--✨---✨--

"Aku sudah tidak tahu lagi seberapa gilanya dia sampai mengusulkan itu." Jiwoong kelihatan frustrasi.

Malam harinya, seluruh anggota berkumpul di ruang pertemuan untuk membicarakan soal 'rumor' yang disebutkan oleh Hanbin tadi siang. Jiwoong sudah kembali dari perpustakaan namun raut wajahnya malah makin kusut. Sepertinya si anggota tertua bukan mendinginkan kepala, tetapi memanaskannya. Itu terlihat dari bagaimana frustrasinya dia sekarang.

"Tenangkan dirimu, Kak. Park Hanbin juga sudah bilang, kan, kalau itu baru rumor yang sempat didengarnya dari cerita Yunseo. Kau jangan langsung menelannya mentah-mentah," sela Hanbin.

"Memangnya Park Hanbin mengatakan apa di pertemuan hari ini?" tanya Zhang Hao.

Untuk informasi saja, Park Hanbin adalah ketua Bunga Perak perbatasan yang terhubung langsung dengan seluruh kota dan distrik di Graceston. Jadi berita apapun bisa terdengar sampai ke telinganya dengan mudah. Berarti, jika Hanbin dan Jiwoong sampai dipanggil ke sana, informasi yang diterima Park Hanbin pasti berhubungan dengan salah satu dari keduanya.

Melihat Jiwoong yang sepertinya tidak sanggup lagi untuk berkata-kata saking frustrasinya, mau tak mau Hanbin lah yang harus buka mulut. "Yang Mulia Raja memberi usul untuk membangun bendungan di Aria dengan mengambil sumber air dari Monice, Lacuson, dan Verglass. Padahal kalian tahu sendiri Aria tidak pernah kekurangan air bahkan saat musim kemarau."

Penjelasan Hanbin spontan menimbulkan reaksi berang dari para anggota.

"Apa-apaan! Dia menangani bandit saja tidak becus!" teriak Yujin kesal.

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang