44. expulsion of troops by orcs

339 56 10
                                    


"Bawa semuanya keluar!"

Seluruh pengunjuk rasa gemetar ketakutan. Tidak menyangka bahwa aksi demo mereka berujung pada kemarahan sang raja. Walaupun sebenarnya aksi mereka tidak salah, pun dengan aspirasi yang disampaikan --- namun, raja seakan tuli. Dan menganggap aksi unjuk rasa demi kemanusiaan ini adalah sebuah pemberontakan.

Suara peluit bersahut-sahutan. Para koordinator sudah mengirim tanda siaga. Lantaran seperti yang telah diduga sebelumnya, Kim Jihan memerintahkan kepada prajuritnya untuk mengeluarkan kandang besar berjeruji besi yang di dalamnya terdapat makhluk aneh berwarna hijau. Tingginya sekitar dua sampai tiga meter, ada yang tanpa baju --- alias hanya mengenakan celana pendek kumal, ada pula yang mengenakan pakaian lengkap.  Dengan gigi taring besar mencuat seakan siap mengunyah mangsa.

"Aku sudah berkata kepada kalian agar tidak mengusik ketenangan istana. Tapi kalian... Ck! Benar-benar melewati batas." Kim Jihan mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak. Senyum miring terpatri pada bibirnya. "Jadi... Bagaimana? Bermain-main sebentar kedengarannya tidak buruk, kan? Aku akan membiarkan kalian bermain dengan makhluk peliharaanku."

Tawa Kim Jihan pecah. Melengking tinggi memecah suasana yang hening dan mencekam. Dia bertepuk tangan sekali. Prajurit yang bertugas membawa singgasananya segera mundur ke belakang. "Buka kandangnya!"

Begitu kunci kandang besar berjeruji besi itu dibuka, makhluk hijau di dalamnya menggeram marah. Meraung keras sembari berlari keluar mengarah pada kerumunan massa.

"Lari! Cepat lari!"

"Astaga makhluk apa ini --- AAAA! ADA YANG DIMAKAN!"

Para pengunjuk rasa berlari tunggang langgang. Namun apa daya, mereka kalah cepat dengan makhluk hijau itu. Ada yang berhasil ditangkap oleh si makhluk dan dimakan hidup-hidup. Beberapa berhasil berlari menjauh.

"Pemanah!" Suara peluit panjang kembali terdengar. Kelompok pemanah yang berada di atas pohon bersiap memasang anak panah pada busurnya dan menyerang si makhluk hijau.

"GRAHHH! GRR!" Terkena anak panah membuat makhluk hijau itu kian murka. Lantas meraih sembarang orang di sana untuk dilahap.

Bunga Perak berhasil dibuat kalang kabut. Beberapa mengarahkan pengunjuk rasa tersisa ke tempat yang aman, sementara yang lain melawan makhluk hijau tersebut agar tidak semakin memakan korban.

"Tetap serang! Jangan berhenti!" Ini adalah komando dari Sung Hanbin. Yang terbang di atas langit memakai bunga Phlox. "Makhluk apa mereka ini sebenarnya, Hunter?"

Hunter alias Park Hanbin yang ikut terbang di belakang Sung Hanbin menjawab, "Orc. Makhluk buas pemakan manusia."

"Lalu bagaimana cara mengalahkan Orc ini?"

"Serang matanya. Atau penggal kepalanya. Hanya itu satu-satunya cara agar mereka bisa mati," tutur Park Hanbin. Diarahkannya bunga Dandelion miliknya agar sejajar dengan bunga Phlox Sung Hanbin. "Buat rencana B. Aku mengandalkanmu, Kak Haven."

Sung Hanbin menggerutu dalam hati. Sial. Ia benar-benar tak menyangka mereka harus melawan makhluk buas pemakan manusia. Dan sekarang dirinya harus membuat rencana dadakan? Ayo Hanbin, ayo berpikir. Jangan diam saja atau para anggota akan kalah.

Bak ada sebuah lampu terang menyala, Hanbin langsung membuka mata saat berbagai rencana muncul dalam benaknya. Oke, baiklah, yang pertama adalah membiarkan para pemanah melukai kaki atau mungkin mata si Orc. Setelah Orc -nya tumbang, mereka bisa memenggalnya menggunakan pedang.

"Pemanah! Serang kaki atau mata mereka!"

"Baik!"

Para pemanah berhasil melukai dua Orc.

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang