60. the end of a story

624 55 0
                                    

Graceston yang damai, benarkah itu?

Walaupun berbagai spekulasi muncul dalam benak kedua ketua Bunga Perak tersebut, nyatanya hingga setengah tahun berlalu tak ada pergerakan mencurigakan. Organisasi bekerja dengan santai, begitu pula dengan pemerintahan.

"Aku malah was-was karena beban kerja kita tidak terlalu berat," ungkap Sung Hanbin jujur. Seraya melirik ke arah tumpukan berkas yang cuma tiga buah di atas meja. Padahal sebelumnya, tumpukan berkas di meja bisa mencapai seratus buah.

Park Hanbin menyandarkan kepalanya pada dinding, tampak lesu. "Hanya satu berkas perizinan, laporan adanya bandit, dan yang terakhir persetujuan bakti sosial di wilayah kota." Diraihnya gelas berisi minuman penambah energi untuk minum. Sebab, pekerjaan mereka yang sedikit malah membuat energi terkuras. "Oh, sial. Kenapa tubuhku rasanya remuk semua? Sedangkan pekerjaannya sedikit. Seharusnya kita bisa beristirahat lebih banyak, kan?"

"Entahlah. Aku pun tak mengerti," balas Sung Hanbin. "Tapi, kalau kata Kak Zhang Hao, sih, karena kita terbiasa dengan pekerjaan yang banyak. Makanya saat pekerjaannya sedikit, tubuh kita jadi kaget."

"Hm, benar juga."

Keduanya kemudian saling terdiam. Lantas menatap jam di sudut ruang pertemuan. Park Hanbin menepuk dahinya keras-keras. "Sial! Aku lupa! Hari ini kita harus menghadiri acara bakti sosial di Calaston!"

Sung Hanbin tak kalah terkejutnya. "Benarkah? Kukira yang di Calaston masih lama. Lalu berkas persetujuan itu bakti sosial yang mana?"

"Itu berkas kota Verglass untuk bakti sosial bulan depan." Tanpa menolehkan kepalanya, Park Hanbin menyambar jubah pada gantungan baju dan melemparkannya pada Sung Hanbin. "Ayo, segera berangkat ke sana."

Dalam kurun enam bulan ini, Bunga Perak rutin mengadakan bakti sosial untuk membantu masyarakat menengah ke bawah sebagai bentuk komitmen mereka sebagai penjaga kedamaian dan keamanan kerajaan. Dan hari ini adalah jadwal bakti sosial di kota Calaston, namun, keduanya malah lupa.

Berbeda dengan kedua ketua Bunga Perak tersebut, kereta kuda dari istana malah sudah tiba di lokasi pelaksanaan kegiatan bakti sosial. Jiwoong dikawal oleh sepuluh orang prajurit ditambah seorang ajudan yang tingginya 10 cm di bawah Jiwoong. Walaupun begitu, aura sang ajudan tampak cukup menakutkan. Apalagi saat memasang ekspresi datar seperti sekarang.

"Selamat datang, Yang Mulia Raja." Zhang Hao berbasa-basi sebentar sembari membungkuk hormat. Jabatan ketua markas wilayah yang dipegangnya membuatnya mau tak mau menyambut tiap-tiap tamu kehormatan yang hadir dalam pembagian bantuan pangan hari ini. Serta mengarahkan mereka menuju tempat yang telah disediakan.  "Mari, silakan duduk."

Setelah mengambil tempat duduk, Jiwoong menahan Zhang Hao. "Mana Haven dan Hunter?" tanyanya.

"Belum datang. Kau tahu sendiri mereka suka datang terlambat," jawab Zhang Hao. Masa bodoh dengan kesopanan. Toh, Jiwoong tak mempermasalahkan soal itu.

Ajudan yang duduk di samping Jiwoong mendelik. Menatap Zhang Hao heran. Lantaran bisa-bisanya ia berbicara tanpa batas kesopanan pada rajanya sendiri. Namun, dia tak berkomentar apa-apa sebab Jiwoong tampak biasa saja dan bicara lebih banyak bersama Zhang Hao.

"Sudah ku duga," Jiwoong menggelengkan kepalanya. Kemudian mengedarkan pandangan. "Lalu mana anak-anak yang lain?"

Zhang Hao ikut mengedarkan pandangannya. Anggota Bunga Perak kota Calaston entah berada di mana, cukup sulit untuk mengenali mereka karena banyaknya anggota lain yang ikut membantu dalam bakti sosial ini. "Wah, kenapa tidak ada? Sepertinya mereka berpencar. Setahuku Matthew dan Taerae mendata ulang jumlah bahan makanan yang akan dibagikan nanti. Sementara empat bocah membantu menurunkan bahan-bahannya dari gerobak."

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang