05. time to rest at headquarters

637 97 1
                                    


Tidak sesuai judul di atas, Zhang Hao malah merasa waktunya di markas dihabiskan untuk menyembuhkan anggota yang terluka. Apalagi Ricky, menyembuhkan bocah yang satu itu menguras banyak energi dan waktu. Zhang Hao bahkan harus makan tiga kerat roti lapis dengan isian sayur, telur, daging, tomat, dan saus agar energinya kembali penuh.

"Kalau boleh tahu, kenapa lukanya sulit disembuhkan? Padahal biasanya kau tidak membutuhkan waktu lama untuk menutup luka." Hanbin duduk di samping Zhang Hao sembari meletakkan piring berisi dua tumpuk roti isi.

Zhang Hao mengambil salah satu roti dari piring lantas menggigit ujungnya sedikit dan mengunyahnya perlahan. "Entahlah, aku sebenarnya juga tidak yakin. Tapi aku sempat mengendus aroma yang cukup kuat dari lukanya."

"Aroma apa itu?" tanya Hanbin. Ikut mengambil roti yang tersisa kemudian melahapnya.

"Sepertinya Nightshade*. Tanaman ini sering digunakan untuk melumuri ujung anak panah," ujar Zhang Hao. Menggigit lagi roti isinya sebelum melanjutkan. "Tetapi, bukankah ini aneh? Kenapa para bandit itu malah melumuri pedang mereka? Untuk anak panahnya sendiri aku tidak tahu itu beracun atau tidak karena Taerae yang melawan mereka."

Hanbin membulatkan matanya. "Loh, bukannya Gunwook terkena goresan di lengannya? Apa kau tidak memeriksa keadaannya, Kak?"

"Mungkin dia belum berani datang padaku karena aku sibuk menyembuhkan lukanya Ricky. Kalau kau bertemu nanti, katakan padanya untuk menghampiriku ya," kata Zhang Hao. Melahap potongan terakhir roti isinya sebelum beranjak seraya menepuk bahu Hanbin.

Mengangkat bahu, Hanbin memutuskan untuk duduk diam di meja makan sembari melahap roti isinya. Sebelum akhirnya presensi Jiwoong berhasil menarik penuh atensinya. Si anggota tertua itu tampak mengerutkan dahi entah memikirkan apa dan setengah tak niat meraih teko berisi jus jeruk beserta sebuah gelas.

"Ada apa dengan raut wajah itu? Energi yang Kakak ambil tadi masih kurang?" sindir Hanbin.

Jiwoong menggelengkan kepala. Menurunkan tekonya setelah berhasil membiarkan gelasnya terisi tiga perempat. "Tidak, aku hanya mengkhawatirkan Yujin dan Gyuvin. Apa mereka belum kembali? Sekarang sudah malam," ucapnya sarat nada khawatir.

"Sebentar lagi mereka pasti kembali. Kak Jiwoong seperti tidak hapal saja. Kalau diberi tugas berdua seperti itu, Yujin dan Gyuvin pasti sedang bersenang-senang. Setelah selesai dengan urusannya mereka akan mampir ke pasar untuk membeli camilan," jelas Hanbin. Berusaha membuat Jiwoong tidak terlalu khawatir. "Ayolah, Kak. Mereka berdua sudah besar."

Helaan napas panjang Jiwoong terdengar. Sekali lagi diteguknya jus jeruk dalam gelasnya. "Aku tahu mereka tidak bisa diremehkan. Tapi tetap saja, aku masih khawatir mereka diserang oleh musuh."

Hanbin tersenyum miring. "Benar juga. Karena banyak musuh yang berkeliaran di luar sana dan siap mengincar kita kapan saja. Tapi setidaknya, ku pikir mereka tahu apa yang harus dilakukan saat dihadang musuh," pungkasnya.



--✨---✨--




"Aku tidak bisa membayangkan jika Ayahmu sampai tahu keadaanmu seperti ini," celetuk Zhang Hao. Setelah terdiam cukup lama sembari fokus memadukan kekuatan bunga Trumpet Gentian dan Bee Balm miliknya untuk menyembuhkan luka di pinggang Ricky.

Sementara untuk Ricky, pemuda itu berbaring dalam posisi miring menghadap Zhang Hao dengan tangan menyangga kepala dan siku yang ditumpukan pada bantal. Ia mendengus. "Tidak perlu dibayangkan. Toh, aku sudah pergi jauh dari dia. Buat apa repot-repot memikirkan bocah badung sepertiku?" balasnya sarkas.

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang