39. the truth revealed

346 59 1
                                    


"PENGKHIANAT!"

BUGH!

Gunwook terhuyung ke sudut ruang depan. Tubuhnya menghantam tanaman Alstroemeria milik Zhang Hao hingga potnya pecah berkeping-keping. Sudut bibirnya pecah seketika. Dan belum sempat mencoba berdiri, kerah Gunwook sudah kembali ditarik kasar oleh Gyuvin.

"Kenapa kau mengkhianati organisasi, hah?!" teriak Gyuvin nyaring. Gunwook sampai memejamkan mata lantaran telinganya berdenging. Gyuvin mencengkeram kerah kemeja Gunwook erat. "Katakan, ku bilang?!"

Mengkhianati apa? Gunwook membuka mata. Menatap Gyuvin dengan matanya yang memerah. "Mengkhianati apa? Organisasi? Aku baru kembali setelah pulang sebentar ke rumah. Dan kalian menuduh ---

PLAK!

Tamparan keras mendarat pada pipi kiri Gunwook. Taerae yang melakukannya. Giginya bergemeletuk, rahangnya mengeras, serta kedua tangannya terkepal pada sisi tubuh. Padahal biasanya, Taerae termasuk anggota tersabar. Namun kali ini, kemarahannya seakan-akan naik sampai ubun-ubun.

Gunwook mengedarkan pandangan. Mengamati ekspresi wajah para anggota. Seluruhnya tampak kecewa. Sumpah, demi apapun, Gunwook tidak paham ada apa dengan mereka sampai menuduhnya berkhianat pada organisasi.

"Mengaku, Park Gunwook!" bentak Gyuvin lagi.

Kepalang kesal lantaran tidak mengerti dengan situasi yang dialaminya, Gunwook mencekal lengan Gyuvin. "Mengakui apa?! Apa yang ku lakukan sampai kalian menuduhku sebagai pengkhianat?!" raungnya.

Dihempaskannya tangan Gunwook dari lengannya. "Tidak perlu banyak alasan! Akui saja kalau kau membocorkan informasi soal Kak Jiwoong yang pergi ke Lembah Batu Cala pada suruhan Kim Jihan!" geram Gyuvin.

Gunwook membuang napas panjang sembari memalingkan wajah. Dirinya? Bekerjasama dengan suruhan Kim Jihan? Dan harus mengakui perbuatan yang tidak dilakukan? Apa mereka sudah gila? batinnya.

"Mengaku, ku bilang!" Gyuvin mengguncangkan leher Gunwook. "Atau terpaksa kau ku bunuh di sini dan ku kirimkan mayatmu ke markas perbatasan."

"Aku tidak melakukannya! Apa-apaan kau ini, Kak Gyuvin?!" pekik Gunwook tak terima. Ia berhasil melepaskan diri dari cengkeraman Gyuvin.

Yujin di belakangnya tertawa remeh. "Kalau bukan kau, siapa lagi?" katanya ambigu. Bahkan si anggota termuda Bunga Perak ini melangkah mendekati Gunwook lantas merangkul bahu yang lebih tua. "Lebih baik Kak Gunwook mengaku. Karena kami memiliki bukti."

Wah! Benar-benar! Gunwook ingin tertawa terbahak-bahak sekarang. Apa para anggota sedang mengalami halusinasi? Atau mereka salah makan sampai membuat drama akal-akalan seperti ini?

"Bukti apa? Mana buktinya jika aku berkhianat pada organisasi?" tanya Gunwook berani. Ia merasa tidak melakukan hal yang semua anggota tuduhkan padanya. Jadi, untuk apa takut menanyakan bukti?

Zhang Hao yang sedari tadi diam akhirnya buka suara. "Belakangan ini kau sering keluar tanpa tujuan jelas. Kau bahkan kembali melewati batas jam yang telah Hanbin tentukan," ujarnya.

"Bukan itu saja," Hanbin di samping Zhang Hao menambahi. "Bulan Ayspea kemarin, aku mendapati kau melakukan hal-hal mencurigakan. Bangun tengah malam dan memeriksa tumpukan kertas. Apa yang sebenarnya kau lakukan?"

"Kalian tidak perlu tahu!" sergah Gunwook langsung. Matanya menatap nanar seluruh anggota di ruang depan. Kenapa mereka ikut campur dengan urusannya? Apa yang Gunwook lakukan adalah haknya sebagai anggota. Mereka tidak perlu tahu apa yang dirinya lakukan.

Ricky spontan bertepuk tangan. Raut wajahnya yang biasanya dingin berubah menjadi lebih bengis. "Hebat sekali. Tidak mau mengaku tapi langsung mengelak saat kami membeberkan bukti yang ada," celanya. Garis mata Ricky yang tajam mengintimidasi Gunwook seketika itu juga. "Gunwook... Sudah kami bilang akui saja kejahatanmu. Kami masih berbaik hati memberimu kesempatan untuk mengaku."

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang