53. ornamenta quinque (restore life)

369 59 8
                                    

Kota Monice, distrik sebelas, gunung es, 2 jam sebelum waktu berakhir.

Matthew tidak tahu apa nama tempat ini. Tapi yang pasti, tiba-tiba saja dirinya ada di sini, di sebuah padang ilalang yang membentang luas. Kakinya bergerak sendiri membawa Matthew membelah kerumunan ilalang menuju ujungnya yang berupa jurang. Di sana, ia nyaris tergelincir. Namun ada seseorang yang menarik Matthew hingga menghambur masuk ke dalam pelukan hangat.

"Putraku, ini kami. Terima kasih karena telah datang kemari. Kami benar-benar merindukanmu."

Mereka melepaskan pelukan. Alis Matthew saling bertaut, mengamati wajah pria paruh baya yang baru saja memeluknya erat. "Kenapa Anda memanggil saya dengan 'putraku'? Anda ini siapa?"

Pria paruh baya itu tersenyum lembut. "Aku ayahmu, Woohyun. Namaku Seok Jaewoo. Dan yang di sana itu Ibumu." Beliau menunjuk pada seorang wanita bergaun putih yang berlari dari ladang ilalang menuju ke arah mereka. "Ibumu bernama Hyunmi."

Hyunmi, ya? Sedangkan nama Pamannya adalah Hyunsoo. Hm, semuanya mulai masuk akal di pikiran Matthew.

"Putraku!" Hyunmi merentangkan tangan.

Matthew lekas-lekas menyambut sang ibunda ke dalam pelukannya. "I... Bu?"

"Benar. Kau benar, Putraku. Ini Ibumu, Nak." Hyunmi mengusap kepala Matthew penuh kasih sayang. "Kau sudah besar sekarang. Itu artinya Hyunsoo merawatmu dengan baik."

Senyum Matthew mengembang. Meski demikian, netranya mulai kabur oleh air mata. Akhirnya setelah sekian lama hanya mampu dibuat penasaran oleh sang paman, Matthew bisa melihat rupa kedua orangtuanya secara langsung. "Aku merindukan kalian. Kenapa sekalipun kalian tidak datang untuk mengambilku di rumah Paman?" tanyanya sarat nada kecewa.

Senyum Hyunmi dan Jaewoo luntur. Keduanya saling tatap, sebelum akhirnya sama-sama menepuk bahu putra mereka. "Ayah dan Ibu sudah berbeda tempat denganmu, Nak. Pun sebenarnya kedatangan kami di sini hanya untuk membantu. Kami tahu kau sedang berada dalam kesulitan, jadi Ayah dan Ibu datang lewat mimpimu untuk memberikan jawaban sebelum semuanya terlambat."

"Setelah ini kau bisa pergi, Putraku. Kembalilah bersama teman-temanmu dan bantu organisasi. Jagalah dirimu agar tidak ceroboh seperti Ayah dan Ibu, ya? Jadilah anak yang berguna bagi orang lain," pesan Hyunmi. Senyum lembut terlukis pada bibir beliau.

"Jawabannya adalah 'masa depan'. Jaga dirimu dengan baik, dan sampai jumpa di mimpi lain," tukas sang ayah. Yang kemudian mendorong Matthew ke dalam jurang.

Matthew terjun ke bawah seketika itu juga. Rasa kecewa langsung menguasai hatinya. Ia masih ingin bertemu lebih lama dengan ayah dan ibunya. Kenapa mereka sangat terburu-buru bahkan sampai mendorongnya ke dalam jurang? Apa keduanya tidak mengerti bahwa Matthew sangat merindukan mereka?

Akan tetapi, alih-alih sampai di dasar jurang, nyawa Matthew rasanya kembali ke tubuhnya yang asli. Ia tersentak. Terengah-engah sembari membuka mata dan menemukan Taerae sedang mendekapnya. "Masa depan...," katanya dengan suara serak.

"Apa? Matthew, kau sadar!" pekik Taerae senang begitu menyadari Matthew telah membuka mata. 

"Taerae... Masa depan...," kata Matthew lagi.

Dahi Taerae berkerut dalam-dalam. "Masa depan? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

Dengan sekuat tenaga, Matthew mencoba bangkit. Walaupun pusing mendera, ia harus segera memberikan jawaban itu sebelum terlambat.  "Temui Jeonghyeon... Katakan pada dia jawabannya adalah 'masa depan'," ulang Matthew.  Tangannya yang gemetar mendorong bahu Taerae. "Cepat sampaikan itu pada Jeonghyeon. Tidak ada waktu lagi!"

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang