49. between light and darkness

417 62 25
                                    

Pasukan kubu ketiga melangkah perlahan menyusuri lorong-lorong panjang istana. Sesuai diskusi sebelumnya, Jiwoong berada di tengah dikelilingi oleh para anggota, dengan mata fokus mencari ruangan yang memiliki aura gelap menguar.

"Ke aula perjamuan," instruksi Keita yang berjalan paling depan bersama Mun Junghyun dan Lee Jeonghyeon. Anggota tertua Bunga Perak perbatasan itu merasakan aura gelap yang lebih kuat dari arah aula perjamuan. Jadi dia mengarahkan pasukan ke sana. "Pertahankan formasi."

Tak ada perubahan formasi hingga mereka berhasil masuk ke dalam aula perjamuan yang kosong melompong. Sebab, seluruh prajurit istana telah habis dibantai. Siapa yang akan berjaga?

Dari sini, aura gelap menguar lebih kuat. Keita mulai mengira-ngira kapan kiranya mereka akan mengeluarkan bunga White Tulips sebagai tahap pertama pemurnian jiwa. Kemudian berpindah dari aula perjamuan, pasukan kubu ketiga masuk lebih dalam menuju lorong yang menghubungkan paviliun-paviliun dengan ruang singgasana.

"Ugh... Auranya benar-benar menyesakkan," celetuk salah satu anggota.

"Kau benar." Yang satunya menimpali.

Dari barisan terdepan, Keita menyahut, "Semakin dekat dengan lokasi Kim Jihan, maka aura gelap dan menyesakkan ini akan semakin kuat. Siapkan tenaga kalian, karena bisa jadi pertarungan ini memakan waktu lama."

Sementara anggota lain saling berbicara dan menyahut, hati Jiwoong rasanya acak-acakan. Kalut, takut, gembira, bingung, semuanya bercampur menjadi satu. Ia merasa senang karena berhasil mendapatkan jalan kembali menuju takhtanya. Namun, di sisi lain, rasa kalut menggelayuti hati Jiwoong. Bagaimana jika mereka kalah? Sudah terlalu banyak yang dikorbankan demi membantunya mengambil kembali hak-hak miliknya dan milik rakyat. Apabila mereka kalah, apa yang akan Jiwoong katakan?

"Lurus. Tidak perlu memotong jalan." Instruksi Keita berhasil memecahkan pikiran Jiwoong.

Sebenarnya mereka bisa memotong jalan melalui tengah-tengah istana yang berupa halaman luas, akan tetapi, alih-alih melakukannya, Keita malah mengarahkan anggota untuk tetap berjalan lurus.

"Bagaimana jika Kim Jihan kabur? Apa tidak sebaiknya kita memotong jalan agar lebih cepat sampai?" saran Lee Jeonghyeon.

Keita tertawa kecil mendengar itu. "Memangnya kau tahu dimana Kim Jihan berada?"

Gelengan didapatnya sebagai jawaban. Agaknya Lee Jeonghyeon hanya membuat spekulasi sendiri.

"Dia tidak kabur," kata Keita misterius. "Kim Jihan telah menunggu kedatangan Kak Jiwoong. Maka dari itu santai saja. Tidak perlu terburu-buru."

--✨---✨--

Semakin dekat posisi mereka dengan ruang singgasana, aura yang menguar lebih pekat bila dibandingkan sebelumnya. Sebisa mungkin para anggota berusaha menahan diri dan bernapas perlahan-lahan. Mereka harus tenang bagaimanapun caranya.

"Ubah formasi," perintah Keita tatkala pasukan kubu ketiga sampai di depan pintu besar ruang singgasana.

Para anggota segera mengambil posisi sesuai tempatnya berada dan saling berpegangan tangan mengelilingi Jiwoong.

Pintu menjeblak terbuka dari dalam. Kejadian tiba-tiba ini tentu saja mengejutkan pasukan kubu ketiga dan sedikit menimbulkan rasa gentar dalam hati mereka. Apalagi melihat Kim Jihan duduk di singgasananya dalam keadaan kepala tertunduk, sementara aura hitam pekat bergemulung di sekitarnya. Mereka agak gemetar, namun, Keita mencoba meyakinkan para anggota lantas memberi isyarat dengan mengeratkan genggaman tangannya.

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang