32. palace banquet

376 58 3
                                    

Hanbin berkaca di depan cermin setengah badan. Merapikan kerahnya yang sedikit tergulung serta membenarkan posisi dasi kupu-kupunya yang miring. Sementara itu, di belakangnya, Jiwoong mengancingkan lengan kemeja. Baru setelahnya memakai bagian luar jas berwarna hitam.

Akhirnya setelah beberapa hari berpikir, Jiwoong memutuskan untuk datang ke perjamuan makan istana. Rencananya ia akan berangkat menggunakan kereta kuda dari rumah keluarga Hanbin dan menyamar sebagai pengawal pribadi. Memangnya tidak takut ketahuan? Jawabannya tidak. Entah kebetulan atau bagaimana, perjamuan makan kali ini mewajibkan para tamu untuk memakai topeng separuh wajah.

"Sudah siap, Jimmy?" tanya Hanbin. Melirik Jiwoong dari sudut matanya.

Jiwoong melakukan gerak-gerik layaknya seorang pelayan. Menghampiri Hanbin lantas membungkuk sopan. "Sudah, Tuan Muda. Anda ingin berangkat sekarang?"

Mati-matian Hanbin berusaha menahan tawanya. "Tunjukkan jalannya --- hahahaha! Aku benar-benar tidak sanggup!" citra Hanbin sebagai sosok pemimpin dan putra bangsawan runtuh seketika, hanya karena tertawa terbahak-bahak sampai kesulitan bernapas.

Yang lebih tua mendengus. "Tidak ada yang lucu, Sung Hanbin." Dilemparnya topeng separuh wajah berwarna hitam pada si ketua Bunga Perak itu. "Hentikan tawamu sekarang juga. Kita harus segera berangkat dan menemukan sebanyak mungkin keanehan di istana."

Hanbin mendesis. Meraih topeng miliknya yang tergeletak di atas lantai sebelum akhirnya menyamakan langkah dengan Jiwoong. Keduanya lantas masuk ke dalam kereta kuda dan berangkat menuju istana.

Dari perbatasan kota Calaston, kereta keluarga Sung membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk mencapai istana. Belum lagi harus menembus hutan Clamor yang basah. Benar-benar menjengkelkan. Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya Hanbin menggerutu. Roda kereta yang akan kotor lah, kusir yang akan kebasahan lah, jalan menuju istana yang becek, dan lain-lain. Sampai Jiwoong rasanya ingin mencopot telinganya agar tak mendengar gerutuan Hanbin lagi.

Gerbang istana nyaris tampak kala kereta tiba di tengah-tengah hutan Clamor. Hanbin menjulurkan tangannya keluar, menerbangkan kelopak bunga False Indigo ke udara. Dan tak lama kemudian, Hanbin menarik tangannya yang menggenggam setangkai bunga Cosmos. Dipandangnya Jiwoong sejenak, sebelum keduanya mengangguk. Artinya empat senjata mengintai dari bagian luar.

Roda-roda kereta berderak, semakin mendekati gerbang istana yang menjulang tinggi. Dari kejauhan, keduanya dapat melihat sekitar sepuluh orang prajurit berjaga. Hanbin menyipitkan mata, suasana remang membuatnya nyaris tak dapat melihat simbol yang tertera pada bagian samping kereta kuda yang tengah dihentikan oleh prajurit untuk diperiksa.

"Itu simbol keluarga bangsawan Shen," bisik Jiwoong.

"Apa Ricky menunggu kita?" tanya Hanbin.

Gelengan kepala didapat Hanbin sebagai jawaban. Artinya Jiwoong memang tidak tahu. Atau ini rencana terselubung dari Ricky? Sial. Jika memang benar sebuah rencana tersembunyi, mengapa Ricky sama sekali tidak memberitahu keduanya?

Kusir menghentikan laju kereta kuda kala sampai di gerbang. Dua orang prajurit mendekat ke arah pintu kereta. Usai pelayan pribadi bangsawan Sung menyerahkan tanda pengenal, barulah kereta mereka bisa masuk ke dalam.  Jeritan gerbang besi yang digeser memekakkan telinga. Kereta kuda milik keluarga Sung tiba di halaman istana nyaris berbarengan dengan kereta kuda keluarga Shen.

Sesuai 'sandiwara' yang akan mereka mainkan malam ini, Jiwoong berperilaku bagai seorang pelayan pribadi. Dengan cekatan, ia membuka pintu dan membantu Hanbin untuk turun dari kereta. Kemudian berjalan dengan jarak sekitar tiga jengkal darinya.

Seakan tak mengenal sama sekali, Ricky turun dari kereta kudanya dengan angkuh. Surai kuning pudarnya hari ini tertata rapi, tampak sesuai dipadukan dengan setelan jas berwarna putih. Topeng separuh wajah yang dikenakannya pun berwarna putih.

BUNGA PERAK [ZB1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang