00. Prolog

515 32 3
                                    

Alpha Communications

Menjadi satu-satunya tujuan seorang gadis dalam langkahnya setiap hari. Meninggalkan mobil mahalnya di parkiran gedung perkantoran, lalu berjalan menuju salah satu gedung pencakar langit yang sudah sepi.

Kantor-kantor lain memulai jam kerjanya di jam delapan pagi, makanya gedung itu sudah sepi, hanya sedikit lalu lalang karyawan yang mungkin ada pekerjaan di luar kantor.

"Budak agensi senin pagi udah pegang sturbucks aja"

Sebuah suara tidak asing yang mengalihkan perhatian Sherin. Dia tangkap sosok Jihan sang rekan kerja di belakangnya. Hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus melihat panah turun pada indikator lift di depannya.

"Hari ini bawa minicooper lagi nih, Senior?" tanya Jihan yang melihat kunci mobil di tangan Sherin

"Ya, gue nggak punya mobil lain"

Jihan menyamakan posisi di samping Sherin, sama-sama menatap angka di atas lift yang masih menunjukkan angka 20, masih lama lift itu akan sampai di lobby.

"Gue masih nggak paham sama konsep hidup lo deh, Sher, sumpah. Mobil mewah, bawaan sturbucks, masih aja kerja di agensi kayak gini"

Sherin menghela nafas berat, bosan sekali mendengar pertanyaan itu. Rasanya bisa setiap saat pertanyaan macam itu dilontarkan padanya, dan dia tak punya jawaban pasti yang membuat pertanyaan itu tuntas terjawab.

"Okay, besok gue ganti mobil, terus bawa kopi sachetan" balas Sherin menyudahi topik

"Sherin, Sherin, nggak nyangka gue bakal punya teman seunik lo" ujar Jihan

Lift itu berjalan, tapi rasanya lambat sekali. Sherin kira mobilitas karyawan di gedung perkantoran sudah sedikit karena memang sudah hampir jam sembilan. Nyatanya, lift sering kali berhenti di lantai-lantai lain.

"Morning, warga" sapa Tian yang baru datang

Lagi-lagi Sherin hanya meliriknya sekilas, berbeda dengan Jihan yang sudah begitu akrab sampai bersalaman layaknya sahabat. Sherin tidak terlalu tertarik untuk hal-hal semacam itu, tapi dia cukup baik dalam berteman.

"Mbak Sher, kita dapat klien baru btw, semoga kuat ya" basa-basi Tian yang langsung mendapat tatapan tajam dari Sherin

"Klien apa emangnya?" tanya Sherina menelisik

"Biasa, perusahaan tambang ada masalah sama warlok"

Sherina hanya menghela nafas berat. Pekerjaannya sebagai Public Relations Consultant sering kali memaksa Sherin untuk dengan tega melakukan berbagai hal. Termasuk hal begini, ketika warga lokal menuntut hak atas kerugian yang ditumbulkan oleh perusahaan tambang, dan Sherin harus menyiapkan berbagai konten untuk meredakan emosi mereka. Walaupun Sherin tidak akan membuat hal semacam clickbait atau hoax, sering kali pihak perusahaan lah yang tidak memenuhi perjanjian.

Ya, intinya Sherin bekerja sesuai apa yang ada dalam etika public relations, dia hanya memaparkan fakta dan menuruti instruksi klien. Urusan bagaimana klien akan menjalankan ataukah tidak itu bukan kewenangnya lagi.

"Nggak bisa ya klien kayak gini ditolak aja?" tanya Sherin melirik Tian

"Kalau gue yang milih klien ya bakal gue tolak, Sher, masalahnya gue cuma bawahan"

Tak lagi Sherin ingin membahas. Fakta bahwa Tian hanyalah ketua tim dan Sherina anak buahnya tidak mampu lagi Sherin sangkal.

"Kan nanti dibentuk tim, I mean bukan kalian yang bakal fully ngerjain kan?" Jihan ikut nimbrung

[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang