Hari ketiga dirawat, akhirnya Sherin diperbolehkan pulang. Jahitan di kepalanya sudah mulai kering, memar di lehernya juga berangsur membaik walaupun masih meninggalkan bekas yang harus Sherin tutupi dengan baju model turtle neck nya.
Kemarin Deon sudah kembali beraktivitas di kantor, menanggapi banyak sekali isu-isu heboh dan segala pertanyaan karyawan lain. Tentunya, Deon tidak banyak bicara, menjawab seperlunya dan membiarkan sisanya menjadi rahasia. Benar kata Sherin, Kaniya juga manusia yang aibnya tidak seharusnya tersebar.
Ini sudah Hari Sabtu lagi, Deon sedang menjemput Sherin untuk pulang ke rumahnya. Iya, Arumi memaksa Sherin untuk pulang ke rumahnya, dan Sherin sudah kehabisan alasan untuk menolak. Karena sejujurnya dia juga trauma dengan keadaan unitnya.
Saat ini, Deon sedang berusaha mencari unit apartemen baru untuk Sherin yang rencananya untuk tempat tinggal mereka juga setelah menikah nanti. Selama itu, Sherin akan tinggal di rumahnya. Unit yang sekarang itu dikosongkan, Sherin benar-benar masih trauma.
"Kak" panggil Sherin begitu Deon masuk ke mobil, mereka sedang mampir ke sebuah minimarket untuk membeli minuman
"Kenapa? Ada yang kurang lagi?" tanya Deon
Sherin mengerucutkan bibirnya sambil menatap Deon dengan tatapan memohon, tapi bibirnya belum bergerak untuk menyatakan maksudnya.
Deon terkekeh, "Kenapa, Ra? Ngomong aja!"
"Mau jalan-jalan dulu boleh nggak? Aku tiga hari nggak ada keluar sama sekali" bujuk Sherin
"Nggak ke mall tapi ya? Kamu jangan kebanyakan jalan dulu"
"Mau ke taman pinggir danau itu, mau piknik" pinta Sherin
Deon melebarkan bibirnya, lantas dia usap puncak kepala Sherin dengan gemas, "Aku turun lagi deh, beli cemilan ya?"
"Berarti boleh?"
"Boleh. Kamu kabarin Ibu, biar nggak ditungguin"
"Okay"
Deon turun lagi dari mobil dan berjalan menuju minimarket, sedangkan Sherin ambil ponselnya untuk menghubungi calon ibu mertua yang sudah seperti ibunya sendiri.
Respon Arumi sedikit tidak mengenakkan sebenarnya, dia khawatir dengan kondisi Sherin yang belum benar pulih. Namun berulang kali Sherin meyakinkan, dan akhirnya Arumi memperbolehkan.
"Jangan sampai malam loh, nak, nanti kamu kecapean"
"Iya, Ibu, nanti sebelum malam Sherin pasti pulang"
"Ya sudah, bilangin ke Abang Deon suruh jagain kamu ya? Nyetirnya juga hati-hati"
"Iya, ibuku"
Hati Sherin seketika berdesir hangat, Arumi ini benar-benar sudah menganggapnya seperti anak. Semulanya Arumi hanya memberikan perlakuan lembut nan halus pada Sherin, sekarang wanita paruh baya itu sudah mulai mengomeli Sherin seperti dia mengomeli Deon dan Dena.
Hal itulah yang paling Sherin rindukan, ketika langkahnya dikontrol, ketika perginya harus dengan izin, ketika perbuatannya ditegur. Hidup bebas memang menyenangkan, tapi apalah arti bebas jika ujung-ujungnya tetap sunyi yang menjadi teman.
Tak berselang lama, Deon kembali ke mobil. Dia lebih dulu membuka pintu jok belakang untuk menaruh satu kresek besar berisi berbagai macam makanan dan minuman ringan yang akan menemani piknik, lalu kembali ke ruang kemudinya.
"Udah telfon Ibu?" tanya Deon langsung
"Udah"
"Boleh kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanfictionMenurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya? Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...