Pagi itu, berat sekali bagi Sherin. Tubuhnya masih lemas dan belum ada makanan yang berhasil masuk sejak semalam. Makan malam yang dia pesan lumayan mahal agar bisa makan enak pun terbuang sia-sia karena dia memang tidak mampu makan. Sherin terus muntah tiap kali ada makanan yang masuk ke mulutnya.
Namun, dia tetap paksa. Pagi itu, dia ambil dua lembar roti yang dia beri selai cokelat. Awalnya semuanya masuk dengan baik, tapi pada akhirnya harus Sherin muntahkan juga semuanya.
Sherin tak berhenti di situ, sambil di jalan ke kantor, dia beli seporsi bubur ayam kesukaannya. Dia bawa bubur itu ke kantor dan makan di sana. Lumayan setengah porsi berhasil masuk dan dicerna oleh tubuhnya. Walaupun mual, Sherin tidak sampai muntah.
Kegiatan hari itu lumayan padat bagi Sherin, dia harus melakukan dua meeting dengan klien yang berbeda. Lalu dia juga harus hadir ke lokasi syuting karena hari itu hari terakhir syuting.
Kesalahan Sherin kali ini sulit ditolerir, dia begitu pusing dengan pekerjaannya di kantor sampai baru sadar jika dia tidak sedikitpun beranjak dari kursinya sejak meeting yang kedua siang tadi, bahkan makan siang pun dia lewatkan.
Hari sudah gelap, dia harus segera ke lokasi syuting. Benar saja, Sherin semakin tidak karuan, perutnya muali dan ingin muntah, tapi tidak ada apapun yang bisa dimuntahkan, perutnya kosong. Kini badannya keringat dingin dan bergetar, lemas sekali.
"Sher, lo nggak apa-apa?" tanya Tian khawatir melihat Sherin beberapa kali bolak-balik toilet
"Nggak apa-apa" jawab Sherin singkat
"Pucet banget lo, gue anter balik aja deh ya?" ujar Tian
"Nggak apa-apa, Bang. Gue cuma capek aja"
Tian menghela nafas berat, dia biarkan saja saat Sherin pergi lagi menuju toilet. Membujuk Sherin ini memang sulit sekali untuknya, apalagi jika Sherin sudah punya keinginan.
Syuting sudah selesai, Deon dengan lantang teriakkan 'It's a wrap' hingga memicu sorakan bahagia dari seluruh kru yang bertugas di sana. Hari itu ditutup dengan makan malam bersama di lokasi, termasuk Sherin dan Tian yang masih setia di sana.
Selesai makan malam, mereka masing-masing pamit pulang. Syuting memang sudah selesai, tapi masalah editing dan sisanya masih ada, belum bisa dikatakan benar-benar usai.
"Next meeting nya bahas nanti aja ya, Bang. Kru mau gue liburin dulu dua hari" ujar Deon
"Iya, santai aja. Lo juga libur dulu gih! Sama kan capeknya kayak mereka" balas Tian
"Iya, tenang aja"
"Kaniya, makasih ya" ucap Tian yang langsung menyalami Kaniya yang baru menghampiri mereka
"Makasih kembali, Mas. Oh ya, Sherin mana?" balas Kaniya
"Lagi di toilet" jawab Tian singkat
"Dia nggak apa-apa kan, Mas? Tadi saya lihat agak pucet"
"Iya, lagi nggak enak badan anaknya"
Deon mengernyit mendengar penuturan Tian, seharian ini memang Sherin tidak penuh berada di lokasi, sehingga interaksinya dengan Deon tidak terkendali. Komunikasi juga tidak terkontrol karena dua-duanya sama-sama sibuk.
"Bang" ucap Sherin yang tiba-tiba bergabung
Deon langsung mendongak. Benar, suaranya lemas, wajahnya pucat, dan tangannya memegangi perut.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Kaniya langsung
"Nggak apa-apa, Kak. Masuk angin doang paling" jawab Sherin lemas
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanfictionMenurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya? Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...