Menurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya?
Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...
Akhir pekan datang lagi, bosan sekali Sherin hanya berada di unitnya sejak pagi tadi. Pasalnya Deon pamit untuk mengantar sang ibu ke arisan. Sherin juga heran sebenarnya, biasanya Arumi diantar oleh Bram, tumben sekali hari ini minta Deon yang mengantar.
Tidak punya alasan khusus sebenarnya, Deon menjelaskan bahwa ibunya merasa perlu punya waktu berdua yang berkualitas dengan sang sulung sebelum anaknya melepas masa lajang. Sherin tersenyum mendengar alasan itu, ternyata begitu sulit untuk orang tua melepas anaknya menikah.
Oh iya, urusan wedding organizer sudah disepakati. Kini Deon, Sherin, dan seluruh keluarga inti hanya tinggal mengikuti alur acara yang dibuat panitia. Kemarin Sherin dan Arumi sudah tes katering, rencananya lusa mereka sekeluarga akan fitting baju.
Siang ini, Sherin tengah bingung sambil menggulir layar ponselnya. Menimang dan memilih menu apa yang akan dia pesan untuk makan siang, rasanya hampir semua resto di daerah situ sudah dia coba.
Sherin menghela nafas, lelah dia habiskan 30 menit hanya untuk menggulir layar. Tiba-tiba dia teringat kalau di seberang apartemennya ini banyak sekali warung tenda yang membuka lapak, Sherin belum pernah ke sana. Jadilah dia bangkit dari sofa untuk bersiap-siap.
Belum genap langkahnya mencapai kamar, tiba-tiba ponselnya bergetar. Sherin langsung kembali lagi ke ruang tengah untuk mengeceknya, ternyata ada telfon dari pihak resepsionis hotel. Sherin langsung mengangkatnya.
"Halo"
"Halo, Kak Sherina. Ini ada kiriman di resepsionis atas nama Kakak"
"Hah? Oh iya? Dari siapa, Mbak?"
"Hanya ada inisial pengirimnya, Kak, DM"
Senyum Sherin mengembang, walaupun tidak biasa-biasanya melakukan itu, inisial yang petugas resepsionis sebutkan bisa Sherin tebak langsung siapa pengirimnya.
"Baik, saya ke sana"
Sherin kembali melangkah ke kamar untuk ambil cardigan, lalu melangkah lagi dengan cepat keluar dari unitnya.
Terakhir kali dia berkirim pesan dengan Deon itu satu jam yang lalu, laki-laki itu bilang agak susah baginya bermain ponsel karena ibunya terus-terusan mengajak ngobrol, dan Sherin maklum dengan itu.
Sampai di resepsionis, senyum Sherin makin mengembang lagi. Rupanya kiriman dari sosok DM itu adalah sebuah buket bunga dan makanan.
"Makasih ya, Mbak"
Sherin merasa Deonnya benar-benar jadi dua kali lebih romantis sejak acara lamaran itu, beberapa kali Deon memberinya bunga, padahal sebelumnya tidak pernah.
Buru-buru Sherin kembali ke unitnya, Deon memang selalu datang di saat yang tepat. Saat Sherin lapar dan bingung ingin makan apa, Deon selalu mampu menyamakan situasi.
Kembali Sherin ke posisi duduk nyaman di sofa kesayangannya. Sudah puas dia hirup aroma wangi dari bunga mawar merah muda itu, kini dia beralih pada bungkusan makanan yang masih tertutup rapat.
Sherin buka bungkusan itu dan seketika aroma menggoda selera menguar di hidungnya. Makanannya sederhana sekali sebenarnya, tapi Sherin begitu semangat karena tahu siapa pengirimnya.
Dia ambil ponselnya untuk dia ambil gambar dari makanan itu, lalu dia kirimkan pada Deon sambil berucap terima kasih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.