Pagi-pagi Sherin sudah terbangun, mengusap matanya yang masih sangat mengantuk. Seminggu tidak bekerja membuat Sherin malas sekali untuk bergerak hari ini, padahal dia sudah melihat jam di ponselnya yang menunjukkan bahwa waktunya bersiap-siap tidak banyak. Sherin harus mengorbankan waktu sarapannya demi bisa ke kantor tepat waktu.
Dia memulai aktivitas dengan malas-malasan, masuk kamar mandi juga banyak berpikirnya. Apalagi saat mandi, dia banyak melamunnya tanpa tahu apa yang dilamunkan.
Selesai mandi pun sama, rasanya semangat Sherin belum benar-benar kembali, tubuhnya malas sekali. Dia mengambil satu setel baju kantor dan segera mengenakannya, sekarang sedang merawat diri di depan cermin.
Dimulai dari perawatan wajah yang dia lakukan sambil menyisir rambut. Lalu, dia melanjutkan memakai riasan tipis. Biasanya Sherin malas-malasan begitu kalau hari Senin, sejak kembali dari akhir pekan. Tapi ini hari Rabu, dan Sherin benar-benar malas ke kantor.
Di tengah merias wajahnya, ponsel Sherin bergetar. Dia segera tinggalkan meja rias untuk mengambil ponsel di kasur, lalu tersenyum senang karena panggilan itu dari Deon.
Sherin membawa ponselnya kembali ke meja rias, dia angkat panggilan itu dan aktifkan mode speaker, lalu dia taruh ponselnya di meja.
"Morning" sapa Deon dari seberang
"Morning" jawab Sherin malas, itu suara pertama yang dia keluarkan hari itu
"Baru bangun?"
"Lagi make up"
"Udah sarapan?"
Sherin tutup kembali liptint yang dia pakai, lalu mengatupkan bibirnya sebelum menjawab. Pasti Deon akan mengomel jika tahu dia baru saja bangun dan langsung siap-siap tanpa sarapan dulu.
"Hehe..." akhirnya hanya tawa ringan yang Sherin keluarkan
"Haha hehe haha hehe... Sepuluh menit lagi aku sampai, kamu turun ke lobby ya?"
"Lah ngapain?"
"Ke kantornya sama aku, dibekelin sarapan nih sama ibu"
"Wah, makasih, Tante Arumi baik, nggak galak kayak anaknya"
"Siapa anaknya?"
"Kamu"
"Emang aku galak?"
"Banget"
"Udah buruan siap-siapnya, aku bentar lagi sampai"
"Iya, tapi, Kak, aku nggak bawa mobil dong ke kantor?"
"Ya iya"
"Terus gimana kalau butuh keluar? Pulangnya juga gimana?"
"Pulangnya aku jemput lagi, kalau butuh keluar kan biasanya juga suka nebeng Tian atau Jeff, kan?"
"Hm, ya udah deh"
"Jangan lama-lama ya, Ra, tinggal satu lampu merah lagi nih"
"Iyaaa, see you, Kakak"
Sherin beranjak merapikan kasurnya, melipat selimut dan menyapu kasur dengan lidi. Kebiasaan itu sudah dia lakukan sejak dulu, karena Sherin senang sekali kalau pulang kasurnya sudah dalam posisi siap untuk ditiduri.
Dia memastikan semua lampu, peralatan listrik, juga kompor tidak dalam keadaan menyala. Lalu dia tinggalkan unitnya dalam keadaan aman.
Sherin berjalan agak cepat untuk sampai ke lift karena Deon pasti akan mengomel dan kesal kalau dibuat menunggu lama. Untungnya tidak lama, Sherin sampai di lobby bersamaan dengan mobil Deon yang muncul di area pengantaran dan penjemputan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanficMenurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya? Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...