08. Rasanya Tetap Sama

103 17 1
                                    

Akhirnya Hari Sabtu tiba, Sherin bisa sedikit santai dari kesibukan kantornya sejenak. Sebenarnya ia ingin mendatangi Janu semalam, tapi Janu bilang dia sedang banyak tugas dan tidak bisa ditemui.

Akhirnya di sinilah Sherin sekarang, mengelap dapur yang mulai berdebu. Juga membersihkan kulkas yang sebenarnya kosong, hanya ada beberapa sisa bahan dari terakhir kali Janu masak di sana.

Jarang sekali Sherin punya waktu untuk beberes begini, waktunya selalu habis di luar dan pulang ke apartemen dalam keadaan lelah. Begitu selalu, seolah apartemen hanyalah tempat untuknya mandi dan tidur.

Sesekali Sherin melirik pada ponselnya, berharap ada sesuatu pesan yang masuk atas kabar seseorang, walaupun dia juga sebenarnya tidak minta dikabari. Tapi melihat keadaannya kemarin di kantor, Sherin jadi cemas sendiri.

Hingga tiba-tiba, ponselnya bergetar. Dia segera menghampiri, dan benar Deon yang menghubunginya. Nomor yang sebenarnya baru dia simpan kemarin, belum ada obrolan singkat, tapi tiba-tiba laki-laki itu menelfonnya.

"Halo" Sherin angkat dengan ragu

"Gue di depan unit lo, tolong buka— uhuk!"

Merasa ada yang tidak beres, Sherin mempercepat langkah menuju pintu unitnya. Pasalnya satu kalimat yang dia dengar barusan diucapkan dengan suara serak yang diselingi batuk.

Benar saja, saat pintu itu Sherin buka yang dilihatnya adalah sosok Deon yang tersenyum simpul dengan wajah pucat pasinya. Rambutnya yang biasanya rapi kini terlihat berantakan. Ini bukan seperti Deon yang biasa Sherin lihat.

Tanpa disuruh masuk, Deon sudah melangkah maju, lalu tiba-tiba tubuhnya ambruk di pelukan Sherin. Jika saja Sherin tidak memasang kuda-kuda bisa jadi dia ikut jatuh karena tak kuat menahan tubuh Deon yang lebih besar darinya.

"Deon, badan lo panas banget" ucap Sherin yang merasakan hawa panas juga turut mengungkung dirinya

"Ayah dinas ke Medan, ibu sibuk ngurus simposium di Bandung, si Dena stay cation sama teman-temannya di Puncak. Gue sendirian" gumam Deon begitu lemas

"Ya udah, lo ke kamar dulu deh"

"Kepala gue pusing banget, Sher, gue nyetir juga menggigil" ucap Deon lagi

"Ya lo ngapain ke sini sih?! Kan bisa minta gue yang ke sana" omel Sherin sambil mengubah posisi jadi memapah tubuh Deon

"Lo pasti nggak mau"

Sherin hanya berdecak. Dia bawa tubuh lemas Deon itu ke kamar kosong yang biasanya dipakai Janu untuk menginap. Dengan susah payah Sherin bantu Deon berbaring di kasur.

Dengan telaten pula Sherin memasang selimut di tubuh Deon sampai ke dada. Dia pegang kening lelaki itu dan benar-benar terasa panas.

"Lo udah sarapan?" tanya Sherin

"Udah, tapi keluar lagi" balas Deon lemas

"Tunggu dulu di sini ya? Gue buatin bubur"

Deon mengangguk kecil, lalu mulai menyamankan diri untuk tidur lagi. Sedangkan Sherin kembali ke dapur sambil menggigit jari, tidak ada bahan yang bisa dia masak. Dan kalaupun ada, dia tidak yakin bisa mengolahnya dengan baik.

Dengan pengetahuannya tentang teknologi, Sherin ambil beras secukupnya lalu mulai menonton tutorial memasak bubur di youtube. Setiap langkahnya dia ikuti, sambil harap-harap cemas takut Deon menunggu terlalu lama.

Akhirnya setelah sabar menanti, bubur seadanya berhasil matang. Walaupun tampilannya tidak menggoda, tapi Sherin bisa pastikan rasanya layak dimakan. Dia bawa semangkuk bubur beserta segelas air putih dan obat penurun panas ke kamar Deon.

[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang