Menurut sebagian besar orang, kehilangan adalah hal paling mengerikan di dunia ini. Karena ketika kehadiran tiba-tiba digantikan ketiadaan, ketika itulah perasaan rindu akan menggebu. Malangnya lagi, rindu yang paling menyakitkan adalah rindu pada sosok yang telah tiada.
Butuh setidaknya tiga tahun bagi Sherin untuk benar-benar terbiasa hidup tanpa kedua orang tua. Segala mimpi buruk dan trauma sudah dia lewati, banyak sekali afirmasi positif dia gaungkan pada diri sendiri.
Semua terlalu tiba-tiba, semua terlalu diluar perkiraan. Dunia Sherin tiba-tiba runtuh seketika, semua mimpi yang sudah dia lukis sejak lama tiba-tiba runtuh dan hancur oleh sebuah kenyataan.
Dulu, papanya adalah sosok yang selalu memberi Sherin kesempatan untuk melakukan hal baru, hal itulah yang membuat Sherin berani menyusun mimpi, ingin sekali suatu saat nanti dia tunjukkan mimpi yang tercapai itu pada papanya. Namun, nihil, Tuhan tidak mengabulkan permintaan Sherin.
Papa membuatnya kecewa, papa pula membuatnya hancur, dan papa membuatnya rindu sampai bingung caranya melanjutkan hidup.
Waktu itu, ketika sisi lain dirinya memerintahkan untuk bangkit, sisi lainnya lagi bertanya, untuk apa? Untuk siapa? Sosok yang ingin kau banggakan telah tiada. Dua-duanya telah tiada.
"At least, buat diri lo sendiri, Sher"
Tutur Jennifer waktu itu, saat gadis itu menemani Sherin menghabiskan botol-botol minuman keras di sebuah club. Sherin terdiam saat itu, berpikir tentang dirinya yang mana, dirinya juga telah hilang.
Berulang kali Sherin berpikir untuk mengakhiri hidup, namun sosok Janu remaja tiba-tiba mendatanginya. Mengatakan bahwa anak itu lapar dan ingin makan.
Sherin tatap lamat-lamat wajah sendu dan pucat remaja itu, ada sisa-sisa air mata juga di pelupuknya, sama dengan Sherin. Waktu itu, Sherin membenci Janu, sangat benci sampai ingin rasanya dia usir saja remaja itu dari rumah itu.
"Walaupun aku lahir dari sebuah kesalahan, aku masih berhak akan masa depan kan, Kak?"
Itulah tutur Janu, tutur anak empatbelas tahun yang sukses mengobrak-abrik hati Sherin. Membuat hati dingin Sherin seolah luluh dan menangis sejadi-jadinya di hadapan Janu.
Tidak ada pelukan atau apapun, Janu malah mundur selangkah. Dia merasa tidak pantas dengan semuanya, meminta Sherin untuk menerimanya adalah kejahatan lain.
Nyatanya, walaupun tanpa kehangatan, Sherin tetap terima Janu. Menyekolahkan dan memenuhi semua kebutuhan dengan harta peninggalan orang tuanya. Anggaplah posisinya sama dengan Janu sekarang, sama-sama sebatang kara.
Hingga di tahun ketiga kepergian papa dan mama, Sherin seolah menemukan dirinya lagi. Lebih tepatnya, dia putuskan untuk bangkit, putuskan untuk sudahi lukanya, putuskan untuk sembuh.
Dia mulai hidup baru, jual rumah orang tuanya dan pindah tinggal di apartemen. Dia mulai mencari kerja, mulai sadar bahwa hidupnya juga harus dilanjutkan.
Janu yang waktu itu sudah tujuhbelas tahun ikut mendukung, apalagi di masa itu Janu seolah temukan sosok baru dalam diri Sherin. Sosok kakak yang tidak pernah Sherin tunjukkan padanya selama ini.
Namun, apa sebenarnya definisi 'sembuh'? Nyatanya, di tahun keempat dan seterusnya, Sherin masih suka menangis karena rindu. Apalagi saat dia kesepian dan harus menghadapi hari yang berat.
Seperti saat ini, dia berjongkok di antara dua pusara yang baru saja dia taburi bunga. Air matanya tak kunjung habis mengalir, getaran di pundaknya pun tak kunjung usai. Sejak datang, Sherin hanya berdoa, lalu lanjut menangis entah sampai kapan.
Deon sigap berjongkok di belakangnya, inginnya Deon langsung memeluk, tapi Sherin lebih memilih memeluk pusara mamanya. Hati Deon semakin teriris, tidak pernah sekalipun dia saksikan Sherin sehancur ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/350140495-288-k406241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Trapped || Kim Doyoung & Kim Sejeong
FanfictionMenurut sebagian besar orang, perselingkuhan itu kesalahan yang tidak bisa dan tidak berhak untuk dimaafkan. Lantas bagaimana jika kesalahan atas perselingkuhan itu berada pada dia yang merupakan korbannya? Harusnya itu sudah berlalu, keputusan unt...