Cahaya Langit 6

7 0 0
                                    

Aya berjalan dengan langkah pelan menuju kelasnya. Kelas 12 IPS 1 berada di lantai dua. Pelan, namun tetap melangkah. Aya berjalan menaiki tangga.

Seperti biasa, setelah menitipkan barang dagangannya di pasar Subuh, Aya langsung berangkat sekolah. Aya sama sekali tidak fokus. Ia memikirkan bagaimana caranya membawa ibunya ke rumah sakit, apalagi dokter di klinik mengatakan kemungkinan harus di operasi.

Mendengar itu, Aya dan Nisa syok. Mereka belum mengetahui secara pasti penyakit apa yang diderita Hana. Kata dokter, ada masalah dengan paru-parunya, namun belum bisa dipastikan karena alat medis yang kurang memadai.

"Ya Allah, hamba harus gimana?" ucap Aya lirih.

Aya tiba di kelas, ia langsung berjalan menuju tempat duduknya tanpa memperdulikan suasana di kelasnya.

Belum terlalu ramai, hanya ada Alvin, Rini, dan ... Langit.

Tak seperti kemarin Langit tidur. Sekarang, Langit sibuk dengan ponselnya. Bermain game online.

Aya meletakkan tasnya pelan diatas meja kemudian menelungkupkan kepalanya disana. Semua gerak gerik Aya diam-diam diperhatikan Alvin.

"Langit!" teriak seorang gadis yang suaranya sangat Aya kenal. Bella berjalan bak model menuju tempat duduk Langit.

Langit mematikan dan meletakkan ponselnya. "Hai," ucap Langit.

"Woy! Brisik banget, sih! Lo nggak liat disini juga ada orang, kalau mau teriak, sono Dilapangan!" bentak Alvin yang merasa terganggu.

"Lo pikir gue peduli?" balas Bella dengan mimik muka mengejek.

Bella menghampiri Langit. Langit langsung menarik kursi disebelahnya dan mendekatkannya ke kursinya supaya Bella bisa duduk disana.

"Makasih, yank," ucap Bella sembari tersenyum lebar.

Langit tersenyum lalu mengacak-acak mengacak-acak rambut kekasihnya. Bella mengerucutkan bibirnya. "Jadi berantakan rambut aku," ujar Bella manja.

Langit tertawa. "Tumben berangkat pagi?" tanya Langit.

"Mmmm ... iya, sengaja. Eh, nanti habis pulang sekolah, jalan-jalan, yuk!" Ajak Bella, tangannya memeluk lengan Langit.

"Siap, udah lama juga kita nggak jalan bareng."

Lagi-lagi Bella tersenyum. Matanya tak sengaja melihat Aya yang bergeming. Aya masih dengan posisi yang sama.

Bella tersenyum sinis. "Kasian banget, deh. Masuk BK, sampe di jemur lagi," sindir Bella. Langit mengeryit.

"Kamu nyindir aku?" tanya Langit. Sontak Bella tertawa.

"Enggak, aku nggak nyindir kamu. Tapi ...," ucap Bella, ia menunjuk Aya dengan dagunya.

"Nilainya pasti turun," lanjut Bella.

Langit menatap Aya. "Kenapa lagi tu cewek?" batin Langit menatap Aya heran.

"Heh! Kalian bisa nggak jangan pacaran disini? Ganggu tau nggak!" bentak Alvin benar-benar merasa terganggu. Apalagi ketika Bella secara terang-terangan menyindir Aya.

"Kenapa? Iri?" ejek Bella.

Langit hanya diam.

"Iri? Enggak! Gue cuma mau kasitau kalian. Sekolah bukan tempat pacaran. Apalagi kelas ini. Kalo kalian mau pacaran, jangan disini," kata Alvin.

"Mentang-mentang ketua OSIS, lo sok berkuasa. Padahal udah mau pensiun juga. Lo lupa? Sekolah ini punya siapa?" balas Bella tak mau kalah.

Mata Alvin menatap Bella tajam.

Cahaya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang