Cahaya Langit 25

3 0 0
                                    

Aulia langsung menghampiri Aya ketika Aya dan Langit sudah berada di parkiran.

"Aya, Aya kamu kenapa?" Aulia langsung menangis melihat temannya dalam kondisi seperti itu. Ia memeluk Aya erat membuat Aya meringis.

"Lepas dulu, Lia. Punggung aku sakit," lirih Aya. Aulia terkejut lantas melepas pelukannya. Ia menatap Langit yang tengah menatap Aya.

"Langit, apa yang terjadi disana?" tanya Aulia cemas.

Langit mengalihkan pandangan. Kini ingin sekali ia hajar lelaki tadi. Berani sekali.

"Sekarang nggak ada waktu buat menjelaskan. Cahaya harus dibawa ke rumah sakit," kata Langit.

Aulia beralih menatap Aya. "Kita ke rumah sakit, ya?"

Aya menggeleng pelan. Ia menunduk. Rasanya tenaganya sudah terkuras habis. Perkelahian meskipun dirinya masih kalah, ditambah pertemuan antara dirinya dan Aldo,  dan tingkah Aldo membuatnya kembali mengingat masalalu yang berusaha ia lupakan.

Aya sudah melupakannya. Tapi ... kenapa Aldo kembali?"

"Ya?"

Aya tak menjawab.

"Aya?"

"Cahaya!" Aya tersentak. Bentakkan itu kembali terulang. Ia menangis hingga terisak. Aya menutup telinganya menggunakan kedua tangannya. Ia sudah duduk di aspal.

"Aya kenapa?" Aulia panik. Ia memeluk kepala Aya.

Langit tertegun. Ia tak menyangka Aya menangis. Apakah karena ia memanggil namanya dengan bentakan? Biasanya Aya tidak seperti itu. Jika dibentak olehnya, maka ia akan membentak balik. Tapi ...

"Jangan ganggu aku. Pergi dari sini, Aldo!" teriak Aya. Ia memeluk tangan Aulia.

"Kenapa, Ya? Siapa, siapa Aldo?" Aulia panik. Beberapa orang yang lewat menatap heran bahkan ada yang bergidik ngeri. Ada yang hanya melihat.

Langit berjongkok didepan Aya. "Cahaya--"

"Jangan ganggu aku!" teriak Aya.

Langit terkejut. Ia langsung menatap Aya lekat.

"Aku Langit, Cahaya. Aku nggak ganggu kamu. Aku minta maaf karena udah bentak kamu," kata Langit lembut.

Tangis Aya mereda. Tapi masih terisak sambil terus memeluk tangan Aulia.

"Aku Langit. Aku bukan Aldo. Kamu kenapa?"

Aya tidak menjawab. Ia melirik Langit dengan  takut-takut. Aya tak seperti biasanya. Langit bingung. Sebenarnya ada apa dengan Aya.

"Kamu jagain Cahaya dulu disini. Keadaannya nggak memungkinkan buat Cahaya pulang naik motor. Biar gue carikan taksi," ujar Langit.

Ketika Langit hendak beranjak, Aya memanggilnya.

"Kak," panggil Aya. Langit menoleh.

"Jangan pergi. Cahaya sayang sama Kak Langit." Perkataan Aya membuat Langit terkejut.

***

Langit menatap bangku kosong disampingnya. Penghuninya sedang tidak ada. Mendadak ia rindu dengan sikap jutek dan galak gadis itu. Sikap tidak tahu-tahunya, dan sikap bar-barnya.

Ia dengar kabar dari Aulia bahwa Aya terkena demam tinggi. Itu menambah kekhawatiran Langit. Terlebih, dugaan Langit bahwa Cahaya adalah teman masa kecilnya. Perkataan Aya yang singkat itu mampu mengusik pikiran Langit.

Lelaki yang ia hajar semalam membuat Langit mengepalkan tangannya. Siapa dia?

Melihat sikap Aya. Langit menduga bahwa Aya sedang mengalami trauma. Tiba-tiba sikap Aya berubah 180° dan Aldo? Siapa Aldo?

Cahaya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang