Cahaya Langit 18

4 0 0
                                    

Bagaimana jika mengalami perasaan canggung?

Merasa serba salah, bingung ingin melakukan apa, ingin bicara apa, suasana yang tidak enak dan kadang membuat diri tidak betah dan ingin keluar dari situasi ini.

Dan itulah yang sedang dialami oleh Cahaya. Duduk bersebelahan meski masih ada jarak. Dokter yang katanya pergi ingin mengambil resep obat.

Hening menyelimuti kedua anak muda yang masih mengenakan seragam sekolah itu. Menyisakan suara jarum jam yang bergerak pelan.

Sesekali pemuda disamping Cahaya itu melirik gadis itu. Memastikan keadaannya.

Aya menghela nafas. Ia mengucapkan Istighfar berulang kali.

Selang beberapa menit, dokter datang dan memberikan secarik kertas pada Langit.

"Ini resep obatnya. Menurut hasil pemeriksaan tadi, demamnya memang cukup tinggi. Setelah dapat obatnya, jangan lupa diminum dengan teratur sesuai yang tertera di kertas," jelas dokter perempuan itu lembut.

"Terimakasih, Dok. Kalau begitu kami permisi," ucap Langit sopan. Aya memaksakan diri untuk tersenyum.

"Maaf, kalau saya boleh tau, kalian kenapa jam segini masih memakai seragam sekolah?" tanya Dokter itu.

Aya dan Langit saling melempar pandang kemudian kembali menatap Dokter itu.

"Begini, Dok ...." Suara Aya serak. Ia berdehem.

"Begini, Dok. Kami tadi lagi menunggu Ibunya Aya yang sekarang lagi operasi." Langit menjawab.

Dokter perempuan itu mengangguk tanda mengerti.

"Iya, Dok. Kalau begitu kami permisi. Sekali lagi terimakasih, Dokter," ucap Langit.

"Iya, iya. Semoga Ibunya cepat sembuh, ya," ucap Dokter itu.

"Aamiin," ucap Aya lirih dan Langit.

***

Langit dan Aya terkejut tatkala tidak mendapati Nisa menghampiri mereka ketika baru saja keluar setelah membeli obat.

"Kenapa, Dek?"

"Ibu udah selesai operasi, Kak. Alhamdulillah paru-paru Ibu sudah nggak sakit lagi." Nisa mengatakan itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Aya tersenyum haru. "Alhamdulillah Ya Allah," ucap Aya. Ia langsung sujud syukur.

"Alhamdulillah," ucap Langit.

Ketiga anak muda itu berjalan cepat menuju ruang rawat Hana. Hana melihat mereka dan tersenyum lemah. Dirinya sudah sadar, wajahnya pucat.

Aya langsung menggenggam tangan Ibunya dan menciumnya. Ingin memeluk namun ia sadar Ibunya baru selesai operasi.

"Ibu, Ibu gimana, Bu? Ada yang sakit?" tanya Aya cemas.

Hana mengusap kepala putrinya pelan. Menggeleng lemah. Matanya menatap kedua putrinya bergantian.

Langit tersenyum haru. Namun, tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia berbalik dan keluar.

"Halo," ucap Langit tatkala sudah mengangkat panggilan.

"Brengsek! Lo harus awasin dia, jangan sampe lengah. Kalo nggak dia bakal nekat."

"Sekarang gue kesana." Langit memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Ia menoleh melihat Hana, Aya dan Nisa didalam. Langit tersenyum tipis kemudian menyambar tasnya yang berada di kursi tunggu diluar dan pergi.

Aya menoleh kearah pintu. Melihat sekeliling namun tak menemukan keberadaan Langit. Ditatapnya plastik berisi obat demam yang masih berada di genggaman. Kemana anak itu?

Cahaya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang