Episode 30

5 1 0
                                    

"Gue nggak tahu perasaan apa ini. Tapi gue nggak bisa mikir apa-apa lagi selain keadaan Cahaya di dalam."

_Langit_

Happy Reading ...

***

"Stupid!"

"Kenapa lo tembak Cahaya, Aldo!

"Kalau Cahaya kenapa-napa gimana!"

Aldo memukul kepalanya sendiri. Ruangan yang gelap dan semua barang-barang sudah berserakan tak karuan. Aldo menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Aya.

***

Langit tak kuasa menahan air matanya untuk kembali menetes. Mengingat operasi didalam sana tak kunjung selesai.

"Tenang, Langit," ucap Rendi. Hanya Rendi yang menemani Langit. Semua peserta lain disuruh pulang meski ada sebagian yang penasaran apa yang telah menimpa Aya.

"Ini semua salah saya, Pak," kata Langit lirih. Ia memegang kepalanya.

Rendi penasaran apa yang terjadi. Tapi mengingat kondisi Langit yang syok membuat Rendi berpikir bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertanya. Lebih baik menunggu waktu yang tepat.

"Sudah. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Tenang. In syaa Allah, Aya pasti baik-baik aja," ujar Rendi.

"Tapi, Pak--"

"Berdo'a, Langit. Jangan berpikiran yang aneh-aneh," potong Rendi.

"Istighfar," lanjut Rendi.

"Astaghfirullah'aladzim," ucap Langit lirih. Ia sandarkan punggungnnya pada sandaran kursi.

***

Pintu ruang operasi terbuka. Sontak Langit dan Rendi berdiri. Keluar seorang dokter laki-laki paruh baya seraya melepas maskernya.

"Gimana, Dok? Bagaimana keadaan Cahaya?"  tanya Langit cepat. Rendi memegang pundaknya.

Dokter itu terlihat menghela nafas. Kemudian tersenyum. "Alhamdulillah. Cahaya selamat. Kami sudah mengeluarkan peluru yang mengenai perutnya. Cahaya sempat kritis, tapi Alhamdulillah sekarang kondisinya sudah stabil," jelas Dokter.

Langit memejamkan matanya. "Alhamdulillah. Terimakasih Ya Allah," ucap Langit.

"Alhamdulillah Ya Allah," ucap Rendi.

"Jadi, apa kami boleh menemui Cahaya, Dok?" tanya Rendi.

"Kami akan memindahkan Cahaya ke ruang rawat dulu. Cahaya juga belum sadar. Kalian boleh menemuinya. Tapi, kalau Cahaya sadar, langsung panggil Dokter atau perawat," kata Dokter.

"Baik, Dok. Terimakasih."

Langit tersenyum lega. Ia menatap Cahaya yang masih tak sadarkan diri dibawa menuju ruang inap.

"Pak, Cahaya selamat, Pak," kata Langit senang.

"Iya. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah," ucap Rendi.

***

"Gagal semua!"

"Kenapa, sih Langit peduli banget sama cewek itu!"

"Gimana kalau Aya selamat. Habis gue!" 

"Argh!" Seorang gadis membanting seluruh barang-barang yang berada diatas meja belajarnya. Gadis itu adalah Bella.

"Nggak! Cahaya nggak boleh selamat!" teriaknya.

"Aldo nggak berguna!"

***

Cahaya LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang