🏠 - Empat

1K 94 0
                                    


"Persis dengan siluet manusia yang selalu kutunggu untuk kembali. Apakah itu engkau?"

***

Satu bulan telah berlalu, hari demi hari Argana lalui tanpa peran seorang Mahendra. Juna yang sekeras tenaga mencari pekerjaan, akhirnya telah menemukan pekerjaan yang cocok di bidang keahliannya.

Suasana juga sudah lebih tenang, meskipun bayang-bayang Mahen terus terlintas dibenak keenamnya. Tapi, semua mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Bersama-sama.

Pagi sekali, terdengar Jendral yang sedang memanaskan motor bersama Jevin yang duduk di kursi tamu yang ada di teras bersama keripik singkong didalam toples.

"Tumben banget lo kedepan, biasanya jerit-jerit sambil nyuci piring," sela Jendral ditengah-tengah kegiatannya.

"Hari ini cucian cuma dikit, dua curut makannya cimit-cimit banget." Jevin mengunyah keripik singkong balado kesukaannya.

"Bang, kita berangkat, yaa! Assalamualaikum!!" seru Leon yang sudah diatas motor bersama Andy.

"Waalaikumsalam, tiati!"

Jendral dan Jevin mengghibah kucing tetangga yang sering mencuri ikan asin dari rumah mereka. Agak lama dua saudara yang lahir berjarak dua hari tersebut melihat Chandra keluar dengan tergesa-gesa.

"Woy! Buru-buru amat, mau kemana?!" teriak Jevin menyeru Chandra yang sedang memutar motornya.

"Gue ngidam es degan, mau beli di perempatan. Lo pada mau nitip gak?"

"Boleh deh, gue yang gula aren, ya. Si Jepin sirup stroberi aja," sahut Jendral.

"Apaan heh, gue gak suka stroberi. Gue nitip yang kaya Jendral aja, Chan," dengus Jevin.

"Ngokeh, duitnya nanti jangan lupa ganti."

🌱🌱🌱

Disisi lain, Juna sudah dikantornya. Kemarin dia sempat lembur dan tidak pulang. Karena kepiawaiannya dalam bekerja, atasannya juga tak segan untuk mengangkat jabatannya.

Pekerjaan Juna sudah setengah selesai, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tangannya tergerak mengambil ponsel yang berada diatas meja.

Laki-laki dengan tubuh mungil namun galak tersebut membuka aplikasi berikon telepon diponselnya. Terdapat pesan dari Chandra.


Chandra Dion

hwaiting abank njun!
gue beli es degan
cepet pulang, nanti kita makan bareng"
kita nunggu abang
enak bgt gila bang

buat kalian aja, Chan
abang udah makan ini

jangan nangis kalo ga dikasih ya
semangat abang tercinta

Juna tersenyum tipis membaca pesan yang dikirimkan Chandra. Juna tahu betul, Chandra sebenarnya masih sangat terpukul dengan kejadian sekitar satu bulan lalu, secara pula Chandra adalah saudara yang paling dekat dengan Mahen. Tapi Chandra itu kuat, dia sangat mahir memainkan topeng dihadapan saudaranya.

Jemarinya menari diatas layar ponsel, Juna membuka galeri handphone-nya. Satu foto ia buka. Perlahan tatapan Juna beralih menjadi sendu. Ia mengusap foto sang Ibu yang tersimpan di ponselnya.

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang