🏠 - Tiga Puluh Enam

624 64 18
                                    

🌷sebelum mulai, absen dulu pake vote dan jangan lupa serbu komen di setiap paragraf<3


QnA: siapa tokoh kesayangan kalian disini?

***

"Telpon Bang Danis aja apa, ya?"

Merasa sudah putus asa, Juna akhirnya memutuskan untuk menelpon Danis. Dirinya mengeluarkan ponsel dari saku baju kantornya, dan segera mencari nomor rekan kerjanya itu.

Calling ...

Sedari tadi terus saja nomor Danis tidak aktif. Lalu apa yang harus dirinya lakukan saat ini? Kendaraan tidak ada, hanya tersisa dirinya di komplek sepi ini. Masih belum malam, namun disini terasa seperti sudah sangat larut. Mungkin dikarenakan oleh tidak adanya lampu jalan.

Sambil terus menunggu, Juna melihat mesin mobilnya. Jika begini, kapan dirinya akan sampai dirumah Danis? Tidak mungkin jika Juna akan terus berada disni.

Matanya menelisik ke segala penjuru yang menjadi pusat arahnya. Sepi sekali. Tetapi meskipun begitu, Juna bukanlah Chandra atau Andy dan Leon yang takut dengan gelap.

Ssskk

Semak disebelah Juna itu kini bergerak. Juna tetap possitive thinking jika itu adalah hewan yang bersembunyi dalam semak belukar.

Keadaan sangat sepi, Danis tidak aktif juga. Tau begini, Juna pasti akan pulang dan makan masakan Jevin. Juna agak merinding, lama kelamaan seram juga.

BUGH

DUAK

Tubuh Juna terjatuh karena pukulan balok kayu besar dikepalanya. Ditambah dengan pencahayaan minim, semakin membuat pandangannya mengabur.

"Lo s-siapa?" Juna berujar menggunakan seluruh tenaganya. Masih mencoba menelisik ciri orang yang memukulnya secara tiba-tiba itu.

BUGH

BUGH

Dia tidak sama sekali menjawab. Dan dipinggir jalan yang gelap dan sunyi itu, Juna diberi bogem bertubi-tubi menggunakan kayu. Orang didepan Juna ini sudah kesetanan, tak sama sekali memberi celah untuk Juna bangun. Berkali-kali, mereka menghujam Juna dengan pukulan dan balok kayu.

BUGH

"AARRGHH!!!" Juna memekik dikala kepalanya diinjak keras oleh dua orang itu. Darah sudah mengalir membasahi baju kantor yang belum dirinya ganti.

Mereka lalu pergi, menghilang begitu saja dan meninggalkan Juna didepan mobilnya. Jalan sangatlah sepi, tidak ada yang menolong Juna dengan kondisi begini.

"To-long."

Mata Juna tertutup saat itu juga, dia kehilangan kesadaran.

***

Jam dua belas malam, Andy terbangun. Dia melirik jam yang dinding yang tertempel dikamarnya. Sudah larut ternyata. Dirasa disebelah kepalanya ada sesuatu yang mengganjal, Andy menggeser ponsel dari ujung kanan kepalanya. Menaruh di nakas agar jaraknya tidak terlalu dekat.

Sedari jam sembilan tadi, Andy dan Leon bermain game hingga ketiduran. Untung saja Andy bangun, jika tidak, bisa terkena radiasi karena tidur terlalu dekat dengan ponsel mereka.

Namun sebenarnya, yang membuat Andy bangun adalah kondisi dirinya ingin buang air kecil. Begini kebiasaan si bungsu jika sebelum tidur tidak ke kamar mandi.

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang