"Untuk Mahendra. Keenam adikmu ini ternyata sangat pandai menyembunyikan banyak lara. Sama sepertimu."
-Agha
🌷🌷🌷
Gas motor ditancapkannya dengan kuat dan cepat. Mengelabui beberapa kendaraan yang menghalangi jalannya. Satu tempat yang ia tuju saat ini. Danau Biru.
Dengan helm full face, jaket kulit, dan motor ninja hitam yang menjadi ciri khas dirinya. Aghara Diatana, sahabat Mahendra.
Ia memarkirkan motornya disebelah motor yang ia kenali, sangat kenal. Dirinya melepas helm yang melekat dikepalanya dan mengambil sebuah kotak makanan lalu turun, menghampiri pemilik motor tersebut.
"Hai." Sapanya yang membuat kedua manusia berotak setengah itu menoleh ke sumber suara.
"Eh? Masih idup lo?!" Jevin langsung ber-tos-ria dengan Agha, disusul dengan Jendral yang melakukan tindakan sama.
Aghara memposisikan duduknya disamping Jevin, sambil menaruh kotak makanan berisi martabak coklat yang ia beli tadi.
"Nih, makan." Agha membuka kotak makan tersebut, dan disambut tangan si kembar menyomot masing-masing satu. Agha sudah sangat dekat dengan Argana, dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
Kebiasaan Agha yang paling disukai Argana yaitu karena Agha sering membawa makanan dan dia adalah tipe orang yang friendly, seru banget pokoknya!
"Em ... Abang minta maaf, ya." Agha menatap Jendral dan Jevin yang sedang melahap makanan mereka. Lain halnya dengan Jevin yang makan dengan sangat kencang, Jendral justru terlihat tidak berselera, tapi tetep ngambil.
"Buat?" tanya Jevin dengan mulut penuh.
"Gue nggak bisa dateng waktu pemakaman." Agha menatap pemandangan indah danau pinggiran kota saat malam hari itu. "Waktu Mahen pergi, gue lagi di Australia buat jenguk sepupu yang dirawat disana. Dan... Gue kaget banget pas tau berita ini. Gue turut berdukacita banget."
"Gapapa kok, Bang. Kita juga paham sama posisi lo." Jevin tersenyum tipis pada Agha.
Sedangkan Jendral? Dia memang tidak seperti saudaranya yang lain. Disaat mereka terbuka dengan orang, termasuk Agha, Jendral selalu merasa jauh. Begitu juga dengan Mahen.
Jendral merasa dirinya memang kaku dalam berinteraksi dengan orang lain.
Jendral benci itu.
Dia ingin terbuka seperti saudaranya yang lain, dia tidak pernah ingin dianggap sombong karena sifatnya itu.
Candaan dari Agha dan Jevin menghiasi malam kali ini, Jendral yang hanya akrab dengan kembarannya kini hanya menatap lurus ke arah danau.
"Jen."
"Jen!!"
"JENOK!!"
Jendral tersentak kaget saat kepalanya ditempeleng Agha ditambah teriakan Jevin yang melengking, membuat lamunan Jendral buyar.
"Kenapa?" tanya Jendral dengan raut datar.
"Lo itu yang kenapa, Sat! Daritadi ngelamun mulu, kalo kesurupan kan gue juga yang susah," omel Jevin pada kembarannya.
"Lo kenapa, Jen? Cerita aja sama gue coba." Agha berpindah posisi ke sebelah Jendral.
"Gue gak papa. Btw ini udah jam sebelas." Jendral melirik jam dipergelangan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argana || NCT Dream [REVISI]
Fanfic⚠BROTHERSHIP AREA, NOT BXB!!⚠ Jangan lupa follow akun wattpad author sebelum membaca! ** Bukan apa-apa, ini hanya tentang keenam Argana yang sama-sama bertarung dengan masa lalu mereka. Kehilangan. Siapa yang tidak pernah merasakan hal ini? Terlebih...