🏠 - Dua Puluh

562 47 12
                                    

⚠part ini mengandung banyak tanda tanya. kalau penasaran next chapter, komen next sebanyak-banyaknyaa!!

***

Saat ini, tepatnya pukul dua tengah hari, Chandra masih belum bisa merasakan kantuknya. Begadang bukanlah hobinya, melainkan memang sudah kebiasaan, tepatnya setelah kepergian Mahen.

Dia menarik laci, sangat penuh dengan kertas-kertas yang berisi berbagai macam tulisan, didominasi oleh tulisan Mahen.

Chandra mengeluarkan seluruh isi laci tersebut, hanya ada kertas. Namun, ditengah aktivitasnya, matanya mendapati kertas berwarna yang dilipat dengan berbagai bentuk.

Ingatannya masih sangat kuat tentang kertas ini. Mahen yang menulisnya, lalu melipat menjadi berbagai macam bentuk.

"Kenapa abang bikin kaya gitu?"

Mahen menengok dikala Chandra duduk disampingnya. Mahen sekarang sedang sibuk dengan kertas origami, gunting, dan alat lainnya. Mahen menaruh pulpennya selepas selesai menulis sesuatu di salah satu sisi kertas tersebut.

"Abang bikin ini buat Ayah. Tapi buat seseorang juga, nggak cuma ayah," balas Mahen yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"Hayoo, Bang Mahen udah punya pacar, yaa??" Chandra menggoda Mahen dengan menaik-naikkan sebelah alisnya. Membuat Mahen menggeplak kepalanya.

Plak!

"Sembarangan aja, kamu! Ini surat yang Abang tulis buat orang kesayangan Abang. Tapi bukan cewe," balas Mahen.

"Coba dong, liat."

"Eitss, nggak boleh. Kan belum jadi." Mahen menyembunyikan kertas origami berisi tulisan yang dilipat itu.

"Ish, abang, mah. Pelit banget." Chandra bangun dengan wajahnya yang tertekuk. "Kayak anak kecil aja bikin begituan."

Mahen menggeleng sambil terkekeh melihat Chandra yang berjalan dengan kesal dan raut mukanya yang jengkel. Justru yang seperti anak kecil itu Chandra.

Sejak dirinya menemukan banyak kertas origami itu, tak sama sekali Chandra pernah membukanya. Dia belum siap.

Meskipun tulisan itu tertuju pada sang Ayah, tetapi rentetan tulisan dari Mahen pasti akan membuat Chandra meneteskan air mata.

Kertas itu, disimpan oleh Mahen dilaci mejanya, hanya beberapa. Sisanya Chandra menemukan di lemari yang berada dikamar Ayahnya.

Chandra membuka salah satu kertas berwarna biru, berbentuk burung. Ini adalah kertas pertama yang Mahen tulis, juga kertas yang ingin Chandra lihat, namun tidak diperbolehkan kakak sulungnya saat itu.

Chandra membaca tulisan Mahen dengan sendu. Sekarang, dia sudah mengetahui orang kesayangan Mahen.

Teruntuk Chandra, adik abang yang tingkahnya kayak cacing kepanasan.

Surat yang abang tulis pertama emang bukan tentang Ayah, tapi kamu. Kenapa? Karena kamu itu istimewa.

Maaf dulu Abang nggak ngebolehin kamu buka. Kalo kamu liat, nanti gajadi surprise, dong? hahaha.

Abang sayang banget sama kamu, Chandra. Bukan abang pilih kasih, tapi abang memang suka satu hal yang ada dalam diri kamu. Kamu istimewa.

Segini aja, ya? Pokoknya abang sayang banget sama Richandra. Jangan suka pendem semua sendiri, ceritain sama yang lainnya juga, oke?

-Mahen

Bulir bening menetes dimata Chandra saat itu juga. Setiap rentetan kalimat dari Mahen, itu selalu membuat Chandra seolah memutar kembali seluruh ingatan saat bersama si sulung.

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang