🏠 - Dua

1.4K 114 1
                                    

"Boleh lelah, tetapi jangan pernah menyerah."

-Mahendra Ghaza

***

Atas kejadian kemarin, Jendral dan Mahen tidak sama sekali mengobrol seperti biasa. Lima saudaranya juga peka dengan keadaan. Sudah berkali-kali mereka mencairkan suasana, tapi tetap sama saja.

Masalah ini, hanya Juna dan Chandra yang mengetahui selain mereka bertiga. Leon dan Andy lebih baik tidak diberi tahu tentang kejadian yang sebenarnya terjadi. Takut jika kedua anak itu malah turut terberatkan pikirannya.

Hanya terdengar dentuman piring dan sendok. Atmosfer-pun terasa tegang, tidak satupun dari mereka yang membuka pembicaraan. Jendral yang biasanya makan dengan porsi banyak juga mengambil lebih sedikit. Dia merasa kurang nyaman dengan suasana ini.

"Gue berangkat. Assalamualaikum."

Semua menjawab pelan salam dari Jendral. Jevin juga menyusul. Seperti biasanya, mereka berdua berangkat bersamaan.


***

"Terus kita gimana, Jen?"

"Gimana apanya?" Jendral bertanya walaupun sudah tahu maksud Jevin.

Jevin menghembuskan nafasnya singkat. "Soal kerjaan."

Pertanyaan tersebut membuat Jendral berhenti melangkah. Mereka berada di parkiran, sedangkan fakultas mereka berlawanan arah.

"Mungkin ... Berhenti?" jawab Jendral dengan nada datar. Dia sebenarnya ingin melanjutkan pekerjaannya, tapi Mahen tetap tidak akan terima.

"Segampang itukah? Apa cukup buat sehari-hari?"

"Gue gak tau juga. Nanti abis pulang, kita ke steam dulu, kalo ke cafe nanti sorean aja."

"Oke. Gue ikut keputusan lo."

Keduanya lantas pergi dengan arah berlawanan. Pikiran mereka sedang kalut, ada saja yang membebani pikiran keduanya. Selama di perjalanan pula, keduanya terus saja berpikiran negatif, entahlah, seperti ada gang mengganjal di benak kembar Argana itu.

Berpisah arah dengan Jevin, Jendral mulai overthinking. Hanya sebatas obrolan kecil tentang pekerjaan, tetapi membuat dirinya terus berpikir. Bagaimana jika Mahen pergi nanti?

***

Leon mengoper bola basket yang ada di tangannya dengan sangat lincah. Mengelabuhi lawan demi lawan hingga sampai ke ring.

"YES!!"

Dirinya meninju udara atas masuknya bola yang ia oper ke ring. Leon adalah anak yang cukup populer karena kebolehannya dalam bermain basket, pula dengan kapasitas otaknya yang bisa disebut diatas rata-rata.

Dia berjalan ke tribun untuk istirahat, disana ada Andy yang melambai kearahnya. Adiknya itu memberikan satu botol air mineral pada Leon, dan diterima sang kakak dengan senyum merekah hingga kedua matanya menyipit.

"Duduk dulu, Le," peringat Andy pada Leon yang hendak meneguk air tersebut sambil berdiri.

"Hehehe, iya maaf." Leon meneguk air mineral tersebut sampai hampir kandas.

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang