🏠 - Tiga Puluh Dua

796 56 4
                                    

vote dulu sebelum baca, yuk. juga komen di tiap paragraf, ya💗🌷

***

Andy membuka matanya, hal pertama yang dirinya dapatkan adalah kamarnya. Dia menoleh kekanan dan kirinya, berniat mencari Leon. Namun nihil, tak sama sekali dirinya mendapatkan siluet Leon.

"Dor!" Andy sedikit terkejut saat ada suara yang terdengar. Dia menoleh, namun merasa tidak percaya dengan seorang didepannya ini.

"A-abang? Bang Mahen?" Andy mengerjap, dibalas senyuman oleh saudara tertuanya itu. "Ini bener Bang Mahen, kan? Andy nggak salah liat?"

Mahen tertawa kecil, adiknya itu terus menatap tidak percaya kearahnya. "Andy ... Abang mau kasih kamu tawaran. Kamu harus pilih."

Andy bingung dengan pertanyaan Mahen. "Tawaran apa?" tanya Andy.

"Kamu pengen ikut abang, atau tetap disini sama abang kamu yang lain?" Mahen bertanya pada si bungsu. Andy tampak berpikir, pertanyaan yang sangat tiba-tiba.

"Andy pilih tetap disini, tapi sama abang." Andy tersenyum manis pada kakaknya, Mahen justru menatap dirinya sendu.

"Tapi kamu nggak boleh egois, Andy. Coba kamu jawab bener-bener, mau tetap disini, atau ikut abang?"

"Andy mau tetap disini aja," balas Andy. Mahen lalu kembali tersenyum padanya. "Pilihan bagus. Kalau gitu, abang pamit, ya."

"Andy? Lo udah bangun?" Pintu terbuka, kepala Leon lalu menyembul kearahnya, Andy duduk diatas ranjangnya masih dengan selimut yang melapisi setengah tubuhnya. Kemudian dia menoleh. Tunggu, bukannya baru saja Mahen berada disini?

"Lo nyariin apa? Biar gue bantu cariin," tawar Leon pada adiknya itu. Andy tampak kebingungan, menelisik seluruh ruangan kamarnya dengan teliti. Tetapi masih tidak dia temukan kembali seorang Mahen.

"Gue baru aja ngobrol sama Bang Mahen. Sekarang kok tiba-tiba dia ilang?" balas Andy membuat Leon mengerutkan keningnya bingung. Leon malah tertawa kecil, merasa jika Andy sedang berhalusinasi.

"Kok ketawa? Gue beneran, Leon." Andy meyakinkan saudaranya itu. Bukankah baru saja Mahen berada disini?

Andy merasa jengkel, dia kemudian memegang kepalanya. Terdapat perban. Dirinya ingat betul dimana saat kejadian itu berlangsung.

"Masih sakit, nggak?" tanya Leon yang khawatir dengan kondisi adiknya itu.

Andy menggeleng. "Sakit pas ingetnya doang, hehe."

***

WUUUUUUUUUUUIIIIIIIIIIIIIIIINGGGGGGGG

"BANGUN BANGUN!!! UDAH JAM DELAPAN, BANGUNN!!!!"

Leon spontan berdiri, dengan tenaga yang bary saja terkumpul, dia melotot melihat jam. Apa-apaan ini? alarm menjengkelkan dari Chandra membuat tidurnya terganggu. Saat ini masih jam lima kurang, namun saudara berotak setengahnya itu sudah berisik.

Memilih mengalah, Leon keluar dan mendapati Chandra yang sudah siap dengan sarung dan pecinya. Melihat Leon yang sudah bangun, dia memberi kissbye pada Leon yang sedang berada di tangga.

"Mau ikut, nggak?" tawar Chandra sedikit berteriak. Lengkap dengan busana seperti ini, tentu Chandra akan ke masjid untuk ibadah sholat subuh seperti biasanya. Namun, Leon lebih memilih ibadah dirumah, padahal laki-laki memang diwajibkan sholat di masjid.

Alasannya? Leon sudah kapok dengan kejadian berkali-kali yang dirinya alami saat di masjid. Karena sendalnya selalu dicuri. Awalnya, sendal baru dan bagus sampai ketiga kali. Namun saat keempatnya, Leon memakai sendal butut milik Jevin. Tapi hasilnya? Ya tetap saja.

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang