"Ikan hiu suka terbang, i love Bambang."-Richandra Dion
***
Angin berhembus pelan, udara yang terasa dingin, dan malam yang terang karena banyaknya lampu yang terpasang di taman belakang rumah Argana. Tepatnya, disamping rumah pohon, ada Juna, Jevin, dan Jendral. Mereka sedang duduk di rumah pohon yang berhadapan dengan taman.
Terdapat lumayan banyak tanaman disitu. Kebun jeruk. Kebiasaan Argana yang menyukai alam masih melekat sampai sekarang. Tak hanya jeruk, disitu juga terdapat banyak bunga-bunga yang terawat dan indah.
Terdengar hembusan nafas gusar dari Jevin, dia menyorot sendu kearah kebun jeruk belakang rumahnya itu. "Dulu Ayah sering nyuruh buat buatin es jeruk. Ibu juga sering ngajak Jevin petik jeruk yang udah mateng." Matanya mengabur, tapi dia mengusap kasar air matanya agar tidak terlihat oleh kedua kakaknya.
"Ayah selalu ngobrol ke Juna disini. Kalian tau? Kata-kata Ayah itu seolah kasih spoiler kehidupan Abang sekarang ini." Juna tersenyum kecut mengingat semua ucapan yang terlontar dari Ayahnya yang terus terputar seperti kaset rusak dibenaknya.
Jendral tak sama sekali membuka suara. Dia tidak suka membicarakan topik semacam ini.
"Bang Juna jangan sering-sering lembur, Bang." Jendral mengalihkan topik.
"Abang lembur juga buat kita semua, Jen." Juna menjeda ucapannya. "Tau nggak, apa yang bikin Abang masih semangat dan bertahan sampe sekarang?"
"Kenapa?" tanya Jevin penasaran.
"Kalian. Kalian itu definisi bahagia buat abang. Mau secapek apapun itu, Abang bakalan terus berjuang demi kita semua, terlebih bisa buat kalian senyum."
Jevin dan Jendral lalu duduk menghadap Juna, lantas menampilkan senyum paling tulus mereka. "Bang, lo hebat."
Juna tertawa pelan. "Oh iyakah?" Lalu dibalas anggukan dari si kembar.
"Abang kalo marah ngeri banget tapi, Jendral yang segede gaban aja bisa diplites. HAHAHA." Jevin tertawa renyah diakhir kalimatnya.
"Iya nih, Bang Juna itu ngeri, minusnya kecil banget kaya plankton." Juna langsung mengubah ekspresinya.
Plak
"Makan tuh, sendal plankton." Juna tersenyum penuh kemenangan saat sendalnya menapak kuat tepat di wajah Jendral.
"Junasem."
Jendral terus memaki-maki Juna jalur dalam hati. Gede gini mentalnya Jendral kalo sama Juna udah kaya yupi.
***
Tok tok tok!
"Siapa sih?"
Tok tok tok
"Iya, sabar!"
Tok tok tok toktoktoktoktokTOKKKKKKKKK
"Ih apaan sih?!" Leon dan Andy baru saja membuka pintu, sudah disuguhi pemandangan yang sangat merusak matanya.
Didepannya, ada Pak Bambang selaku tetangga depan rumah mereka yang dikenal kejam lagi mengejamkan. Dia sudah melotot hingga kedua matanya ingin lompat, lengkap dengan sarung dan kaos, dan jangan lupakan kumisnya yang sangat masyaallah.
Dia membawa ayam jago kesayangannya diketeknya, tetapi di leher ayam itu terdapat tali plastik yang sudah dilepas.
"MANA CHANDRA?!" Bambang berteriak hingga membuat duo curut memejamkan matanya, terciprat air liur manusia berperut buncit tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argana || NCT Dream [REVISI]
Fanfiction⚠BROTHERSHIP AREA, NOT BXB!!⚠ Jangan lupa follow akun wattpad author sebelum membaca! ** Bukan apa-apa, ini hanya tentang keenam Argana yang sama-sama bertarung dengan masa lalu mereka. Kehilangan. Siapa yang tidak pernah merasakan hal ini? Terlebih...