🏠 - Dua Puluh Lima

827 57 5
                                    

vote dulu sebelum baca, oke?

happy reading🌷

***

"Luka itu memang tak lagi dirasakan,
tapi rasanya selalu terputar dibenakku."

***

"JANGAN! JANGAN DEKETIN ITU KE ANDY!! ANDY TAKUT!! PERGI, KAMU PERGI!!! AYAH! IBU! ABANG. ANDY TAKUT!!!"

Anak itu berteriak sekuat tenaga. Didalam ruangan yang engap ini, Andy menangis, meraung, bahkan berteriak ketakutan.

Beberapa bagian tubuhnya dipenuhi darah. Andy tak hentinya menangis sedari tadi. Orang didepannya ini sungguh gila, sangat gila. Terhitung sudah sekitar tiga jam dia tersekap di ruangan ini.

Pukulan, benturan, bahkan tendangan terus didapatkannya berkali-kali. Tanpa henti, dia terus memanggil Ayah, Ibu dan saudaranya.

Sakit. Ini sangat sakit.

Pisau daging itu mendekat di kaki Andy. Perlahan orang itu menggesekkan hingga mengeluarkan sedikit darah.

Kepala anak itu kembali dibenturkan ke tembok. Tangannya mulai diikat, kakinya juga. Dan mulutnya diberi lakban agar berhenti berteriak.

"Tolongin Andy ... Ini sakit," batinnya berteriak sekencang mungkin. Tak akan ada yang bisa mendengarnya tentu.

BRAK

"LEPASIN DIA!!"

***

Kini, tak ada yang bisa Chandra lakukan. Ponselnya lowbat karena sehabis digunakan mabar bersama Leon. Hawanya enak buat haluin Hanni NewJeans.

"Mba Hanni, ayo nikah sama gue."

"Idup sama gue, pasti enak. Susahnya pas ngurusin gue aja."

Jam sebelas malam. Memang jam rawan untuk otak Chandra menggeser. Mengakibatkan suka halu berlebihan, ngomong ngelantur dan lupa kenyataan.

Chandra memegangi dadanya yang terasa sesak. Dia tidur diatas kasur sambil memejamkan matanya. Merasakan sakit yang menjalar ke seluruh bagian tubuh, membuat dirinya sedikit merintih.

"Sakit, Ibu." Chandra masih dalam posisi yang sama. Sebatas mencoba menetralkan nafasnya yang tak beraturan karena sesak terus menyeruak di dalam tubuhnya.

Cklek

"Abang kenapa?"

Leon masuk dan mendapati Chandra yang memegangi dadanya. Chandra kembali berekspresi seperti tidak terjadi apa-apa. Jauh dalam badannya, rasa nyeri menyebar ke seluruh tubuh.

Dia mendekati Chandra yang malah tersenyum padanya. Padahal, jelas-jelas tadi Chandra menampakkan raut kesakitan.

"Abang kenapa?" Leon mengulang pertanyaannya.

"Abang gak papa, kok. Kamu kenapa bangun?" Chandra bertanya balik.

Leon menggeleng. "Cuma laper." Dia menyentuh dahi Chandra. "Abang bohong, ini kok panas?"

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang