🏠 - Tiga Puluh Tujuh

776 73 20
                                    

Terhitung sudah satu bulan Juna tak kunjung membuka mata. Orang terdekatnya seperti Geo dan Agha juga sering datang belakangan ini.

Sedangkan lima saudara Juna juga tentunya merasa adanya perbedaan drastis. Juna yang dahulu sering melerai ketika semua bertengkar, Juna yang selalu menelpon berkali-kali ketika mereka tak kunjung pulang, dan mobil kesayangan Juna yang selalu dinanti kepulangannya. Kini hilang selama satu bulan.

Mereka selalu menunggu kakaknya itu bangun dari tidurnya. Kembali bersatu sebagai Argana meski tersisa enam. Juna dengan sikapnya yang dewasa, dan yang selalu diejek cebol oleh adik-adiknya itu terus dinanti untuk matanya kembali terbuka.

Selama tidak bekerja, Geo selalu memberi gaji sebagaimana Juna bekerja biasanya, bahkan diberi lebih. Biaya pengobatan juga sudah ditanggung oleh Geo dan mereka juga sudah diberitahu asal perusahaan tempat kerja Juna yang berkaitan dengan Ayah mereka, Devin.

Bungsu yang tak seceria kemarin, itu masih terus memandang berharap kearah ranjang rumah sakit yang ditiduri Juna. Demi apapun itu, mereka semua rindu kebersamaan yang biasanya terhias dengan amukan Juna.

Wajah pucat itu terus memejamkan matanya, seolah tak ingin kembali menatap adik-adiknya yang terus menunggu dirinya terbangun. Juna dengan wajah yang biasanya marah, kini hanya diam bersama wajah yang mulai tirus itu.

Andy menonton film kesayangannya di televisi itu dengan bibir melengkung kebawah. Menonton Upin Ipin yang dimarahi Kak Ros justru mengingatkan pada Juna yang sama persis seperti itu ketika marah.

Andy tertawa melihat tingkah lucu kembar botak itu. Dia kembali menatap Juna yang tertidur pulas, perlahan tertawanya hilang.

"Andy! Leon! Beresin kamar kalian atau abang buang semua PS-nya?!!" teriak Juna dari lantai atas.

"IYA IYAAA!!! NANTI KITA BERESIN!!" Andy dan Leon membalas kompak.

"Aku duluan pokoknya! Aku udah nunggu dari tadi!"

"Ih, nggak bisa gitu dong. Kan tadi aku dipanggil bentar sama Bang Chandra."

"Kenapa nggak bisa? Kamu aja kelamaan."

"Ya kan aku-"

"ANDY!! LEON!! MAU MANDI ATAU ABANG LEMPAR SAPU??!!!!!

"L-Leon, kita mandi bareng-bareng aja, yuk."

"Iya, ayo-ayo."

PRANG

"Mampus." Piring dijatuhkan Leon dari atas meja. Terdengar suara langkah kaki yang berjalan siap terkam kearah mereka.

"SIAPA YANG SURUH PECICILAN?!!"

"Uang saku potong."

"Potong duit jajan."

"Gak ada jajan-jajan."

Perkataan Juna terus berenang dikepala Andy. Rasanya baru kemarin Juna memarahinya karena kamar yang berantakan, memecahkan dapur, menginjak tanaman bunga milik Juna, dipotong uang jajan, dan masih banyak lagi. Seolah semuanya terulang disini, saat ini. Tapi Juna yang galak itu terus memejamkan matanya tanpa berniat membuka.

"Abang ... Ayo bangun, Andy kangen."

***

"Leon bawain rantangnya kesini."

"Bensin masih full, kan, Jen?"

"Leon cepetan! Mau ditinggal?!"

"Ayo berangkat!" Jevin terus saja mengomel ke adik dan saudara kembarnya itu. Sedari tadi saat pulang, semua kegiatan dilakukan Jevin sambil ceramah. Leon dan Jendral sudah muak sebenarnya.

Argana || NCT Dream [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang