Sama seperti saat bersama Mas Je, aku tak sulit untuk membaurkan diri dengan teman-teman semasa kuliahnya itu. Sedari tadi mereka selalu melibatkan aku dalam setiap perbincangan. Tak pernah sekalipun mereka melupakan kehadiranku. Dan aku merasa sangat dihargai di sini. Bahkan, Darpa yang tadi sempat menatapku sinis saja sekarang tak segan melempar candaan kepadaku.
"Mbak, sambelnya enak banget. Jago amat sih masaknya." Entah, itu pujian yang keberapa dari Darpa setelah kita memulai acara makan siang bersama.
Niat awal untuk makan siang itu sebenarnya Mas Je akan membeli makanan yang sudah jadi saja, tapi Darpa malah mengusulkan untuk aku memasak dengan dalih di kulkas masih ada ayam yang belum diolah selama seminggu katanya. Padahal aku tau itu ayam baru dibeli tadi pagi. Karena kondisinya pun masih segar.
Bahkan saat Mas Je menemani aku memasak, dia bilang kalau Darpa itu sebenarnya hanya ingin mengerjaiku saja tapi tak apa, aku terima saja. Namun, lihat sekarang. Darpa malah ketagihan dengan sambal matah yang aku buat.
"Berisik, Dar. Lo dari tadi ngoceh terus. Gak bisa biarin istri gue makan dengan tenang?!" sahut Mas Je sambil menatap Darpa yang kembali menuangkan sambal ke piringnya.
Tapi setelahnya tangan kanan Darpa malah dipukul oleh Witton. "Jangan diabisin! Bagi sama yang lain, jangan serakah jadi manusia."
"Elah gue salah mulu perasaan." Kini Darpa menatap ke arahku. "Mbak, gue dimarahin mulu nih."
Padahal kita berdua itu seumuran tetapi Darpa malah ingin memanggilku dengan sebutan 'Mbak' hanya karena lahirnya lebih dulu aku beberapa bulan dan katanya aku ini mirip adik bundanya alias tante Darpa. Aku jadi bertnya-tanya, apakah tampilan aku seperti tante-tante?
"Gapapa, Ton. Kalau masih pada mau, nanti sore aku buatin lagi." Ucapanku barusan langsung direspon oleh kelima cowok yang ada di meja makan ini.
"Gak usah, La."
"Gak. Jangan dibuatin lagi, Shay."
"Gak perlu repot-repot, Shayla."
"Lebih baik jangan, Ayla."
"BOLEH! SEKALIAN BUAT STOK DI SINI."
Tahu, kan, jika yang terakhir itu celetukan yang berasal dari siapa?
"YEUH KAMBING CONGE! BERISIK LO."
"Gak tau malu."
"Ada tamu bukannya dijamu, malah dijajah. Mau ngikutin mixue lo?"
"Kayaknya gue salah ngenalin istri gue ke si Darpa."
"Dibaikin malah otaknya yang kebalik."
"Mbakk."
Haduhhh. Padahal dari segi umur, aku ini yang termuda dari mereka tapi mengapa malah harus aku yang melerai mereka?
***
Setelah selesai makan siang kami memilih berkumpul di halaman belakang untuk mendiskusikan acara nanti malam. Tadi Mas Brian mengusulkan kepada kita agar mengadakan bakar-bakaran. Dan tentu langsung disetujui oleh yang lain. Apalagi Darpa, sangat antusias sekali dia.
"Jadi kita mau bakar apa aja nanti malem?"
"Yang pasti daging sapi, ayam, sosis, baso-"
"Babi."
Mendengar itu, Mas Je langsung melemparkan sendal rumahan yang sedang dipakainya ke arah Darpa. Aduh, kesabaran Mas-mas ini hanya setipis tisu jika sudah bertemu dengan Darpa.
"Apa sih, Bang, lempar-lempar sendal segala?" protes Darpa.
Dengan wajah garang, Mas Je membalas Darpa, "Makanya kalo ngomong tuh dipikir dulu. Bakar daging babi siapa yang mau makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Here With Me
ChickLitPerasaan kosong, kesepian, takut, dan ingin hilang dari Bumi adalah hal yang selalu ingin aku lupakan. Tapi nyatanya, mereka selalu kembali datang. Lagi dan lagi. Kadang kala ingin menyerah, namun aku masih waras untuk tidak mengakhiri hidup dengan...