Waktu istirahat tiba, banyak di antara mahasiswa yang berkumpul di kantin, berteduh di perpustakaan mencari tempat ternyaman untuk sekedar tidur, ada beberapa berkumpul di mejid menunggu waktu ibadah bagi yang muslim, sebagian hanya nongkrong di koridor beserta gazebo yang tersedia di kampus, begitupun dengan Xander dan Devan yang memilih duduk di kantin sekedar menikmati kopi dan beberapa cemilan.
Kedua cowok itu menoleh dengan alis terangkat tinggi menyadari kehebohan melihat pengurus senat masuk ke kantin terlihat empat cowok yang begitu tampan dengan dua cewek yang juga terlihat sangat cantik, masih berdiri mengedarkan pandangan mencari tempat untuk mereka, di tengah terlihat cowok berkarisma, tampan, berwibawa, Marvin Sanjaya namanya.
Ketua senat juga anak pemilik kampus, jurusan teknik elektro semester lima saat ini, dari sana saja kita sudah tahu bertapa kayanya keluarga cowok itu, "kita duduk di sana saja", ujarnya menunjuk satu meja di pojok yang masih kosong, yang lain menganggukan kepala berjalan beriringan duduk di seberang tempat Xander dan Devan duduk.
"Sam, pesan dong", pinta seorang gadis cantik, Atika Permata namanya, menjabat sebagai bendahara senat, jurusan akuntansi semester lima
Cowok yang dipanggil Sam mendelik tidak suka namun tetap beranjak memesan makanan untuk mereka, Samuel Prayoga, cowok yang tidak kalah tampan dari Marvin anggota senat sekaligus ketua klub olahraga kampus, jurusan teknik mesin semester lima, "lo ya bisa ngak sih sehari saja ngak usah nyusahin Sam", omel gadis di samping.
Nurfadilla namanya, gadis yang tidak kalah cantik dengan Atika, satu jurusan bahkan menjadi satu kelas Atika, menjabat sebagai sekertaris senat, "bisa ngak sih sehari saja kalian ngak usah berantam", celetuk seorang cowok menguap malas menatap kedua gadis itu yang hampir saja beradu mulut kalau tidak langsung di lerai, Leon Fernandes.
Cowok tampat dengan tubuh atletik, satu jurusan dan sekelas dengan Samuel, anggota senat dan juga ketua klub musik kampus, "soal kejadian yang menghebohkan tadi pagi menurut kalian itu gimana ?", tanya cowok tampan yang duduk di samping Marvin, Arion Smith, menjabat sebagai wakil senat satu jurusan dan satu kelas dengan Marvin.
"Biarkan pihak kepolisian yang menangani kasus itu", ujar Marvin mengambil minuman yang di sodorkan Sam ke arah mereka
"Menurut kalian nih apa ada sangkut pautnya dengan kejadian yang menimpa ibu Arini ?", tanya Sam tiba-tiba sampai semuanya kompak menoleh dengan pandangan horor.
Xander yang sedari tadi mendengar obrolan mereka menajamkan pendengaran mengatupkan bibir genggaman menguat pada pegangan gelas, "menurut gue tidak, kalian tahu kan kejadian yang menimpa ibu Arini sudah dua tahun lamanya kalau ngak salah kita baru masuk semester dua waktu itu", ujar Rion.
"Bisa ngak sih kalian berhenti membicarakan seorang yang sudah ngak ada takutnya ibu Arini tidak tenang di alam sana", celetuk Leon terdengar tidak suka dengan pembahasan mereka.
Marvin memutar bola mata malas, "gue sudah bilang berhenti mengaitkan apapun, biarkan pihak yang berwajib menangani semuanya", ujarnya membuat yang lain mengatupkan bibir serempak.
"Xander, Devan"
Kedua cowok itu terlonjak terkejut menoleh kompak melihat dua gadis yang kini berdiri di samping meja mereka dengan wajah berbinar, keduanya kompak membelalak sebelum senyuman mereka mengembang begitu saja, "anj_ kalian juga kuliah di sini, kok gue ngak tahu ya", ujar Devan masih terlihat shok dengan kehadiran teman kelas mereka saat masih SMP.
Zeanne dan Vanes gadis yang sama-sama cantik mahasiswa baru sama seperti keduanya, jurusan manajemen, "lo aja yang ngak liat, boleh gabung ngak nih", ujar Zea meminta izin.
"Silahkan", ujar Xander ramah masih tidak menyangka teman masa SMP berkumpul di kampus yang sama.
"Gue juga ngak nyangka bisa ketemu di sini gue kira kalian kuliah di luar negeri", celetuk Vanes menatap kedua wajah Xander dan Devan yang kini terlihat semakin tampan di bandingkan saat masih remaja.
Xander terkekeh menggelengkan kepala,"gue memang dari SMA tujuannya kuliah di sini, Devan tuh dari dulu mau kuliah di luar negeri", ujar Xander membuat Devan menahan agar tidak mengumpat kesal.
"Sebenarnya gue mau tapi bokap ngak izinin gue ke luar", ujarnya lesu di jawab kekehan dari yang lainnya.
Mereka berempat kompak menoleh menatap pengurus senat berdiri meninggalkan kantin, "oh iya kalian tadi pagi liat ngak sih yang di bicarain anak sekampus soal mayat Ara", ujar Zea tiba-tiba.
Xander dan Devan menoleh dengan alis terangkat tinggi, "lo tahu namanya ?", tanya Devan penasaran.
Zea mengangguk kompak dengan Vanes, "dia teman regu kita selama orientasi jadi gue sedikit kenal, gue rasa kemarin ngak ada yang janggal tuh sama Ara, sebelum pulang kami masih bergurau di depan aula", jelas Zea.
Mereka terdiam dengan fikiran masing-masing,"maaf Xan gue mau nanya, ibu Arini yang di bahas senat itu nyokap lo ?", tanya Devan penuh kehati-hatian, Zea dan Vanes sampai menautkan alis bingung, keduanya tentu kenal siapa ibu Arini, ibu kandung Xander yang begitu baik pada teman-teman Xander waktu masih SMP.
Xander menghembuskan nafas menganggukan kepala, Devan membelalak kaget menggelengkan kepala, "ibu Arini dosen kampus kita kan, gue dengar dari ayah kasus kematian beliau terasa janggal, kepala kepolisian menutup kasus karena kurangnya bukti, gue selama ini ngak terlalu peduli karena gue ngak tahu ibu Arini yang di maksud di kasus itu nyokap lo, maaf Xan", ujarnya merasa bersalah.
Xander menganggukan kepala menanggapi, "tunggu bukannya ibu Arini dosen kampus sebelah ya kok kaliam bilang ibu Arini dosen di sini sih ?", tanya Vanes masih bingung.
"Ibu pindah dua tahun lalu ke sini, sayangnya hanya tiga bulan mengajar ibu meninggal di temukan di koridor menuru ruang dosen fakultas kedokteran", ujarnya terdengar lirih.
Semuanya mengatupkan bibir ikut sedih, Devan termenung memikirkan kasus tentang ibu Arini yang dulu dia dengar dari ayahnya sebagai kasus yang janggal sayangnya waktu itu Devan tidak pernah berfikir ibu Arini yang mereka bahas adalah ibu dari temannya sendiri.
●●●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)
Mystery / ThrillerXander Erlangga, cowok tampan, maniak milkita rasa coklat, masuk ke dalam Westren University adalah satu tujuannya dari SMA bukan tanpa alasan tapi untuk menguak tentang kematian ibu Arini ibu kandung Xander sekaligus dosen di kampus. Namun di hari...