33. 💯

2.4K 173 3
                                    

Zein terbelalak kaget melihat tubuh Rizal yang sudah ambruk dalam dekapannya, peluru menembus tepat kepala pria itu, para polisi mengurungkan niat menuju ke tepi sungai mencari bukti mayat yang di temukan tadi, semua bergegas mencari sumber datangnya peluru, "buka mata Rizal, buka mata, ini perintah RIZAL INI PERINTAH, BUKA MATA KAMU", jerit Zein tidak peduli lagi dengan darah yang memenuhi pakaiannya.

"Saya mohon, buka mata kamu, saya kecewa tapi bukan ini yang saya mau, buka mata kamu RIZAL BUKAAAAA, INI PERINTAH BUKA MATA KAMU", lanjut Zein teriak menggoyangkan tubuh Rizal, Temi mendekat menepuk pundak Zein, "Rizal sudah meninggal pak Zein", ujarnya lirih membuat dada pria itu bergemuruh.

"CARI PEMBUNUHNYA SEKARANG JUGA, SAYA YANG BERTANGGUNG JAWAB KALAU PAK AGUS MENGHALANGI LAGI", teriak Zein tegas bertepatan saat pak Agus datang, pria itu mendekati Zein menepuk pundak pelan.

Zein menoleh dengan pandangan terluka, "puas, ini yang pak Agus inginkan hah, ini yang anda inginkan, SUDAH PUAS MELIHAT BANYAK KORBAN BERJATUHAN, KARENA PAK AGUS MENGHALANGI PENYELIDIKAN DARI DUA TAHUN LALU banyak yang jadi korbannya", teriak Zein benar-benar murka tidak peduli lagi jika yang ada di hadapannya adalah atasan.

Zein menatap para anggota polisi yang sudah membagi tugas, "CARI SAMPAI DAPAT", perintahnya, pak Agus kini hanya bisa terdiam membiarkan para anggotanya menyelidiki, ada rasa bersalah menyeruak kedalam hatinya, dua tahun lalu pak Agus terlalu tergiur dengan iming-iming naik jabatan sampai tega menutupi semua dari dua tahun lalu.

Xander dan Devan sudah berada di tepi sungai seperti yang Zein arahkan, "di sini korban kemungkinan di buang sampai bisa berhenti tepat di batu besar di sana", jelas Devan menggunakan senter, keduanya tetap melanjutkan penyelidikan walaupun malam sudah tiba.

Xander menganggukan kepala menatap ke sekeliling, alis terangkat tinggi melihat bangunan terbengkalai, otak jeniusnya bekerja spontan mendekat, "ada cctv Dev", ujar Xander tersenyum menatap dengan tatapan tajam, Devan mendekat.

"Gimana caranya kita bisa lihat rekaman cctvnya", ujar Devan mengusap wajah frustasi, "ada lebtop ?", tanya Xander.

Devan terdiam mendengus harusnya cowok itu tahu keduanya tidak membawa apa-apa, keduanya langsung ke sini mendengar kabar dari Zein, "maaf terlambat, gue bawa", ujar Aldi tiba-tiba datang membuat kedua cowok itu tersentak kompak menoleh kaget.

"Kok kak Aldi bisa ada di sini ?", tanya Devan bingung.

Aldi menghembuskan nafas menutup pintu mobil, "Marvin ngabarin gue, sekarang Marvin ada di rumah Dilla mengurus mayat yang begitu mengerikan", ujar Aldi mengidik mengingat penjelasan Marvin soal keadaan Dilla yang di temukan di tepi sungai oleh seorang pria yang selalu menyebrang di tepi sungai.

"Sini", pinta Xander, Aldi menyerahkan lebtop, Xander mulai mengotak atik lebtop di hadapannya melirik ke arah cctv, "tersambung", ujarnya membuat kedua cowok itu mendekat membelalak penuh kagum, Xander memundurkan siaran mencari kejadian tadi, mata ketiga cowok itu membelalak melihat seorang cowok mengangkat sebuah karung membuang ke bawah sungai mata mereka semakin membola melihat siapa cowok di sana, wajah cowok itu terlihat begitu jelas.

Ketiganya saling pandang merinding.

Dreeettt

Xander tersentak merasakan getaran ponsel mengambil menatap nomor yang tidak di kenal mengirim sebuah gambar, penasaran cowok itu membuka, mata Xander kembali terbelalak tubuh bergetar di sana terlihat Zea yang duduk di kursi di ikat di atap kampus tidak sadarkan diri.

Xander menyerahkan lebtop kepada Aldi bergegas mengambil motor meninggalkan kedua cowok itu yang terlihat menyerit bingung.

Drettt

Devan menaikan alis melihat nama Vanes muncul di layar ponselnya, cowok itu tanpa fikir panjang mengangkat panggilan menekan loaspeaker menatap sekeliling mencari tambahan bukti.

"Kenapa sayang ?", tanya Devan.

"Hiksss, Dev Zea di culikk Dev, tolonggg, gue sudah kirim di whattsap ada yang ngirim foto Zea yang di ikat di atap gedung fakultas teknik kampus hiks".

Devan tersentak kaget menatap ke arah Aldi yang terlihat sama kagetnya, Devan mematikan panggilan sepihak masuk kedalam mobil Aldi, meminta cowok itu mengemudi cepat menuju kampus, Devan menhubungi Zein di seberang sana yang masih sibuk menangani mayat Rizal.

Keadaan semakin tidak kondusif mendengar kabar jika pelaku melamukan aksi lagi di kampus, Zein mencoba berfikir jernih untuk membagi anggota, bahkan pak Agus tidak berani mengeluarkan pendapat sedikit pun, Zein yang mengambil alih, dan semua anggota tentu mendengarkan dari awal mereka lebih mendengar Zein di bandingkan Agus yang notebeanya atasan tertinggi

Zein membagi empat kelompok, yang lain menuju ke sungai mencari barang bukti, yang lain mengurus mayat Rizal mencari pelaku penembakan, sebagian menuju ke kampus dan sebagian kerumah Dilla , Zein salah satu yang bergagas menuju kampus.

Xander yang sudah sampai mengambil alat di dalam kantong jaket merogoh gerbang yang ternyata tidak terkunci, Xander membuka gerbang masuk kedalam, berlari menuju gedung fakultas teknik tidak peduli dengan peluh keringat membasahi tubuh, Zea yang ada di atas perlahan membuka mata membeku memberontak merasakan tubuh yang di ikat begitu kuat mulut yang di tutup lakban.

"Sayang sudah bangun ?", tanya cowok di depan tanpa menggunakan topeng.

Zea membelalak kaget melihat jelas wajah tampan cowok itu, tanpa perasaan cowok itu membuka lakban yang menutupi mulut Zea dengan kasar, "lepas kak, lepas, gue ngak punya salah apapun sama lo", teriak Zea langsung setelah lakban terbuka.

Cowok itu terkekeh menunduk mengusap pipi Zea yang begitu halus, "jujur dari semua korban lo yang paling menarik Zeanne, tingkah lo sangat mirip dengan ibu Arini, kita bermain yuk", ajaknya mengeluarkan pisau lipat, Zea meringis, air mata keluar membasahi pipi pasrah tidak bisa memberontak, ikatan terlalu kuat.

Brakkkk

"BRENGSEK", umpat Xander langsung menatap cowok di sana memainkan pisau lipat kearah leher Zea

"XANDER TOLONG"

PLAKKK

Xander mengepalkan tangan kuat melihat cowok itu menampar pipi Zea keras di hadapannya, cowok itu hendak melangkah namun dengan cepat pelaku menarik lengan Zea menyodongkan pisau ke arah leher berjalan mendekat ke arah pinggir atap fakultas, Xander berusaha menguasai diri mencoba berfikir untuk menyelamatakan Zeanne.

●●●●●

Pembunuhan Di Kampus 💯 (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang